Ditempat itu, ada empat makam yang saling berdekatan. Menurut penuturan juru kunci makam, makam yang paling besar adalah makam Imam al-Ghazali. Di sampingnya terdapat makam istri, anak, dan muridnya. "Suasana makam Imam al-Ghazali terlihat sepi tanpa pengunjung. Boleh dikata makam Imam al-Ghazali belum terawat secara maksimal. Oleh Abdul Hakim Di dunia Islam, baik timur maupun barat, siapa yang tak kenal dengan dengan Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Ahmad ath Thusi 1111 M. Ia dikenal dengan nama Imam Ghazali. Seorang ulama yang berhasil menggagas kaidah-kaidah tasawuf yang terkumpul dalam karya yang terkenal Ihya Ulumuddin The Revival of Religion Sciences. Karya magnum opus yang hingga saat ini menjadi sumber referensi akademis baik di dunia Timur maupun dunia yang dikenal hujjatul Islam itu masih bisa kita nikmati hingga saat ini, tapi sangat disayangkan, tempat jasadnya dikebumikan, tak layak disebut makam ulama. Makamnya di Thus, Khurasan, Iran, yang konon sejak 7 tahun lalu ditemukan, hanya dipagari dengan kawat dan beratapkan bahan seadanya, serta di sekelilingnya terlihat rumput-rumput itu benar, saya berharap kepada semua pecinta Imam Ghazali, mari bergerak mendermakan hartanya. Jika sudah terkumpul, mari kita meminta ahli arsitek khusus dari Indonesia untuk terbang ke Thus atau Khurasan dengan membawa rombongan para pekerjanya, tentunya dengan perizinan pemerintah di sana, untuk merehab atau pembangunannya. Jika hal itu dapat direalisasikan, insyaallah, makam beliau akan semakin hidup dan bisa jadi tujuan destinasi ziarah wali bagi Muslimin pecinta Imam Ghazali dari seluruh تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki”. Ayat tersebut mengatakan, para wali dan syuhada atau mujahid yang berjuang di jalan Allah tidaklah wafat, bahkan mereka hidup disisi Allah SWT. Kita bisa mencontoh dengan yang sudah dilakukan Muslimin terhadap makam para dzuriyat Rasul, seperti Sayidina Ali 661 M dan Sayidina Husein 680 M di Irak serta Sayidina Ali Arridha 819 M yang tidak jauh dari makam Imam Ghazali. Begitupun dengan makam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i 820 M yang berada di Mesir. Di makam-makam terlihat hidup dan memberi banyak manfaat bagi para pecintanya, dimana di sana dibangun perpustaan yang merangsang terjadinya halaqoh-halaqoh majelis lain sisi kita patut bersedih terhadap kondisi makam para istri Rasulullah SAW, putra, putri dan cucunya serta para sahabat dan aulia yang berada di Jannatul Baqi' Madinah Al Munawarah. Pada tahun 1925 M, makam mereka dahulu diratakan pemerintah Saudi atas dukungan Wahabiyin antiziarah. Mari kita bergerak, jangan kita pandai membangun yayasan dan rumah kita saja, lalu kita melupakan diri untuk merawat makam orang yang kita cintai. Jika bukan kita siapa lagi yang dapat merealisasikan gerakan pembangunan ini? Jika bukan kita, maka siapa lagi yang dapat mencerdaskan umat agar semangat dalam menjaga atsar ulama dan aulia. Jika bukan kita maka siapa lagi yang dapat menjaga sejarah mereka? Sudikah kita memiliki generasi yang tak mengenal sejarah hanya karena hilangnya atsar tersebut?Penulis adalah Sekretaris LTN PCNU Kabupaten Bogor, anggota Gusdurian Depok KaryaImam Al-Ghazali memang menarik. Tulisannya tidak hanya memikat, tetapi juga selalu aktual sepanjang zaman. Tidak salah jika gagasan dan pikirannya tentang Tasawuf banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Setelah itu ia mengunjungi kota al-Khalil dan berziarah ke makam nabi Ibrahim. Setelah merasa cukup melakukan perjalanan Presiden Joko Widodo kedua kanan didampingi, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo kedua kiri dan Ketua Jam'iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mutabarah al-Nahdliyyah JATMAN Habib Muhammad Luthfi bin Yahya kanan Ilustrasi JAKARTA - Jam'iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyyah JATMAN akan menyelenggarakan Seminar Internasional Tasawuf Imam Al Ghazali di Hotel Borobudur Jakarta pada 19-20 Januari 2018. Salah satu tujuan seminar ini untuk mendapatkan dukungan dari ulama dunia untuk membangun makam Imal Al Ghazali di Iran."Kondisi makam Imam Al Ghazali di Thus Iran tempat kelahirannya saat ini kondisinya terabaikan," kata Sekretaris Umum Seminar Internasional Tasawuf Imam Al Ghozali, Ali Abdillah kepada Senin 9/1.Pada zaman Mongolia, peninggalan umat Islam di daerah Thus dihancurkan pasukan Mongolia. Kemudian, arkeolog menemukan kembali makam Imam Al Ghazali di daerah Thus pada 1994. Habib Luthfi bin Yahya juga sudah meyakinkan bahwa lokasi makam Imam Al Ghazali yang ditemukan arkeolog pada 1994 itu benar. Maka sudah selayaknya makam tokoh umat Islam tersebut dibangun dengan karena itu, Seminar Internasional Tasawuf Imam Al Ghazali yang diselenggarakan JATMAN mengundang tokoh ulama sunni dari Iran, kedutaan besar Iran, dan ahli perbandingan mazhab dari Iran. "Karena makam Imam Al Ghazali ada di Iran, maka perlu kerja sama dengan mereka supaya makam bisa dibangun," ujarnya. Selain itu, dikatakan Ali, tujuan lain dari seminar Internasional ini untuk menyegarkan kembali ajaran Tasawuf Imam Al Ghozali. Untuk menjawab persoalan global seperti radikalisme dan liberalisme. Juga untuk menyelesaikan masalah sosial seperti pragmatisme, materialisme dan hedonisme. "Itu juga bisa diselesaikan dengan pendekatan Tasawuf Imam Al Ghozali," besar Seminar Internasional Tasawuf Imam Al Ghazali adalah peran dan kontribusi ajaran Tasawuf Imam Al Ghozali dalam membangun peradaban dunia yang damai dan utama di seminar Internasional ini di antaranya Habib Luthfi bin Yahya sebagai Rais Amm itu, ada juga Prof KH Said Aqil Siradj sebagai Ketua Umum PBNU, Syaikh Dr Yasser Al Kudmani sebagai Mudir Ghazaliyah Suriah, Syeikh Dr Muhammad Mahmud Abu Hasyim dari Universitas al-Azhar di Mesir, Syeikh Dr Aziz Al Kubaithi dari Maroko, Syeikh Dr Mazen Sherif dari Tunisia, Syeikh Dr Aziz Abidin dari Amerika, dan pembicara-pembicara lainnya dari berbagai negara. BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini
Namaasli Imam al-Ghazali ialah Muhammad bin Ahmad, Al-Imamul Jalil, Abu Hamid Ath Thusi Al-Ghazali. Lahir di Thusi daerah Khurasan wilayah Persia tahun 450 H (1058 M). Pekerjaan ayah Imam Ghazali adalah memintal benang dan menjualnya di pasar-pasar. Ayahnya termasuk ahli tasawuf yang hebat, sebelum meninggal dunia, ia berwasiat kepada teman

loading...Ziarah kubur bagi kaum muslimin memiliki faedah, salah satunya sebagai pembelajaran bagi masa depan manusia, juga sebagai pengingat bahwa semua manusia akan kembali kepada-Nya. Foto SINDONews Salah satu cara untuk mengingat kematian adalah dengan berziarah kubur. Banyak sekali manfaat yang dapat dipetik dari amalan ini. Sayangnya, masih banyak kaum muslimin yang salah dalam menyikapi ziarah kubur ini sehingga bukannya manfaat yang mereka raih, akan tetapi ziarah mereka justru mengundang murka Allah Azza wa Jalla. Ini karena adab-adab ziarah kubur yang kurang diperhatikan. Baca Juga Seperti diketahui, menjelang bulan Ramadhan tiba, ada kebiasaan masyarakat kita yang melakukan tradisi 'nadran'. Tradisi nadran dimaksudkan untuk mengirim doa kepada orang tua atau keluarga yang telah tiada. Dilakukan dengan melakukan ziarah kubur atau istilahnya 'nyekar' dalam masyarakat Sunda. Namun, agar ziarah kubur ini berfaedah maka ada adab-adab yang harus diperhatikan. Menurut Imam Al Ghazali dalam kitabnya 'Ihya 'Ulumiddin', menjelaskan, ziarah kubur bagi kaum muslimin memiliki faedah, salah satunya sebagai pembelajaran bagi masa depan manusia, juga sebagai pengingat bahwa semua manusia akan kembali kepada-Nya. Baca Juga Agar faedah ziarah kubur ini didapatkan, maka ada adab yang harus dijalankan dengan benar. Berikut penjelasan Imam al-Ghazali, tentang adab-adab ziarah kubur1. Dianjurkan berdiri atau duduk dengan membelakangi kiblatHal ini dilakukan supaya antara mayit maupun orang yang berziarah dapat saling berhadapan. Jika jenazah yang dikunjungi menghadap arah kiblat, maka yang berziarah perlu membelakangi kiblat agar dapat berhadap-hadapan. Pendapat ini tentu dapat diterima, karena sangat tidak sopan apabila seorang tamu tidak berkenan menatap wajah tuan rumah. Baca Juga 2. Mengucapkan salam sebagai doa keselamatan untuk penghuni makamImam al-Ghazali mengutip penuturan Imam Nafi’ bahwa perilaku ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Ibnu Umar ketika menziarahi makam ayahnya. Ia mengucapkan salam untuk Rasulullah, Khalifah Abu Bakar, dan ayahnya Umar bin Khatab. Selain itu, dikutip pula kaul Abi Umamah bahwa Anas bin Malik juga melakukan hal demikian ketika menziarahi makam Nabi Muhammad oleh Ibnu Abi Malikah, Rasulullah SAW bersabdaزُوْرُوا مَوْتَاكُمْ وَسَلِّمُوا عَلَيْهِمْ فَإِنَّ لَكُمْ فِيْهِمْ عِبْرَةٌ“Ziarahilah mayit-mayit kalian dan ucapkanlah salam atas mereka. Karena mereka adalah ibrah pelajaran bagi kalian semua.” Baca Juga 3. Tidak perlu menyentuh, mengusap, dan mencium makam maupun batu nisan orang yang karena hal itu menyerupai perilaku orang-orang Nasrani ketika mengunjungi makam kelompok mereka. Memang melakukan hal tersebut tidak lantas menjadikan pelakunya sebagai orang kafir, akan tetapi patut diperhatikan untuk Mendoakan mayit yang diziarahi secara khusus, dan kaum muslimin secara al-Ghazali mengutip hadis Nabi yang menjelaskan bahwa orang yang telah meninggal itu layaknya orang tenggelam yang menanti pertolongan dari orang yang hidup melalui doa-doanya. Baca Juga

Nantiturunnya di halte Ferdowsi tepat di depan makam sastrawan Persia Hakim Ferdowsi. Dari sana, kita tinggal bertanya arah menuju desa Farmad dimana makam Abu Ali berada. Abu Ali Farmadhi mulai bersinggungan dengan dunia tasawuf di kampung halamannya Tus dari al-Ghazali al-Kabir, ayah Imam Ghazali.

One of Moslems who have great ideas and was known as a reformer mujaddid, among others, is al-Gazali. Socio-cultural conditions at the time, namely the emergence of political disstability that have an impact on the fragmentation of Muslims, the destruction of religion and morality. This situation makes him becoem a hero and Islamic Defenders Argumentator hujjah al-Islam as his responsibility to fix the blind thoughts and actions that shake the Muslims' life. The purpose of education is to get closer to Allah SWT and not oriented only in world interests. So that, the curriculum presented should include three terms, called jasmaniyah, 'aqliyyah and akhlaqiyyah. The opinion is based on two approaches, Fiqh and Sufism. This thought seems systematic and comprehensive, and also consistent with the attitude and personality as a Sufi and Faqih. The concept of education offered, if applied in the present seems still appropriate. Beside, the needs should be perfected in accordancing with local knowledge where the education implemented.
ad_1] Dalam salah satu kitabnya, Imam al-Ghazali meracik formula untuk menemukan kebahagiaan. Jika kamu berkata, "Aku telah mengerti diriku sendiri," sejatinya yang kamu ketahui adalah tubuh bagian luar yang terdiri dari tangan, kaki, kepala, anggota lainnya, bukan substansi diri yang sesungguhnya. Perhatikan, jika kamu marah lantas, mencari permusuhan; Jika kamu berhasrat, lalu yang kamu

Imam al-Ghazali menjelaskan beberapa adab ziarah kubur dalam salah satu karyanya, Ikhya’ ulama tentang hukum ziarah kubur serta serangkaian ritual yang terdapat di dalamnya akan selalu bergulir. Walaupun ikhtilaf perbedaan pendapat itu telah ada bahkan sudah tuntas sebelum kita lahir. Perbedaan itu pun akan terus mengemuka seiring adanya proses pencarian dan penyampaian ilmu kita fahami, sumber hukum yang dijadikan landasan dalam berpijak tetaplah sama, akan tetapi karena perbedaan dalam memahami teks yang dijadikan sumber–dan mungkin saja–perbedaan proses pengambilan hukum, kesimpulan hukum yang dihasilkan pun turut ziarah kubur ini ternyata tidak luput dari pandangan Imam Abu Hamid al-Ghazali. Namun, beliau tidak larut membahas perbedaan hukumnya semata, melainkan juga mengungkap adab ziarah kubur yang perlu al-Ghazali, ziarah kubur kaum muslimin memiliki faidah, salah satunya sebagai pembelajaran bagi masa depan manusia, juga sebagai pengingat bahwa semua manusia akan kembali adab ziarah kubur yang perlu diperhatikan para penziarah, sebagaimana dijelaskan oleh Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya’ UlumiddinDianjurkan berdiri atau duduk dengan membelakangi kiblatHal ini dilakukan supaya antara mayit maupun orang yang berziarah dapat saling berhadapan. Jika jenazah yang dikunjungi menghadap arah kiblat, maka yang berziarah perlu membelakangi kiblat agar dapat berhadap-hadapan. Pendapat ini tentu dapat diterima, karena sangat tidak sopan apabila seorang tamu tidak berkenan menatap wajah tuan salam sebagai doa keselamatan untuk penghuni makamImam al-Ghazali mengutip penuturan Imam Nafi’ bahwa perilaku ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Ibnu Umar ketika menziarahi makam ayahnya. Ia mengucapkan salam untuk Rasulullah, Khalifah Abu Bakar, dan ayahnya Umar bin Khatab. Selain itu, dikutip pula kaul Abi Umamah bahwa Anas bin Malik juga melakukan hal demikian ketika menziarahi makam Nabi Muhammad oleh Ibnu Abi Malikah, Rasulullah SAW bersabdaزُوْرُوا مَوْتَاكُمْ وَسَلِّمُوا عَلَيْهِمْ فَإِنَّ لَكُمْ فِيْهِمْ عِبْرَةٌ“Ziarahilah mayit-mayit kalian dan ucapkanlah salam atas mereka. Karena mereka adalah ibrah pelajaran bagi kalian semua.”Tidak perlu menyentuh, mengusap, dan mencium makam maupun batu nisan orang yang karena hal itu menyerupai perilaku orang-orang Nasrani ketika mengunjungi makam kelompok mereka. Memang melakukan hal tersebut tidak lantas menjadikan pelakunya sebagai orang kafir, akan tetapi patut diperhatikan untuk mayit yang diziarahi secara khusus, dan kaum muslimin secara mendukung hal ini, Imam al-Ghazali mengutip hadis Nabi yang menjelaskan bahwa orang yang telah meninggal itu layaknya orang tenggelam yang menanti pertolongan dari orang yang hidup melalui juga Kalau Orang Tua Sudah Meninggal, Amalkan Ini Pada Hari Jum’atDiceritakan juga kisah tentang Basyar bin Ismail an-Najrani yang pernah memimpikan Sayyidah Rabi’ah al-Adawiyyah. Dalam mimpi itu, Sayyidah Rabi’ah menuturkan, doa orang mukmin yang masih hidup untuk orang yang telah meninggal itu di akhirat diberikan layaknya hidangan dalam baki bercahaya yang ditutup dengan kain ayat Al-Qur’an di dekat makam orang yang Ahmad bin Hanbal memang pernah menyatakan, perilaku tersebut merupakan perbuatan bid’ah, konteksnya saat itu beliau melihat orang yang membaca ayat Al-Qur’an di pekuburan. Akan tetapi setelah mendengar penjelasan Ibnu Qudamah, yang mengutip wasiat Ibnu Umar agar muslim membaca ayat Al-Qur’an saat ziarah kubur, Imam Ahmad bin Hanbal lantas menarik kembali fatwa bid’ mayit, tidak mengatakan sesuatu selain kebaikan mayit dan menceritakan kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan oleh mayit merupakan bagian dari kesaksian orang yang masih hidup kepada orang yang telah meninggal. Terdapat beberapa hadis yang menjelaskan bahwa Allah menerima kesaksian dari dari orang yang masih hidup kepada orang yang telah juga Tidak Bisa Ziarah Kubur Menjelang Ramadhan Karena Corona, Ini Amalan yang Bisa Dilakukan di RumahDi antaranya adalah kisah dari Anas bin Malik, ketika dua kali jenazah melewati rombongan Rasulullah, lantas orang-orang memberikan pujian untuk orang pertama, dan cacian untuk orang kedua. Setelah itu Rasulullah menimpali “wajabat”. Ketika Umar menanyakan hal tersebut, Rasulullah Saw. bersabdaإِنَّ هَذَا أَثْنَيْتُمْ عَلَيْهِ خَيْرًا وَجَبَتْ لَهُ الجَنَّةَ، وَهَذَا أَثْنَيْتُمْ عَلَيْهِ شَرًّا فَوَجَبَتْ لَهُ النَّارَ. وَأَنْتُمْ شُهَدَاءُ اللهِ فِي الأَرْضِ.“Orang ini engkau pujikan padanya kebaikan, maka ia mendapatkan surga. Dan orang ini kalian pujikan padanya keburukan, maka ia mendapatkan neraka. Kalian adalah saksi-saksi Allah di bumi.” Bukhari & MuslimBerziarah pada hari ini didasarkan pada pendapat para ulama ketika hari Jumat tiba, arwah yang telah meninggal bertemu dan berkumpul bersama kelompoknya sembari menikmati hidangan doa yang diberikan oleh keluarga mayit. Sang mayit pun mengetahui apabila ada orang yang menziarahi makamnya berkat keutamaan hari Jumat yang dijanjikan oleh Allah lah serangkaian adab ziarah kubur yang disampaikan oleh Hujjatul Islam Imam Abu Hamid al-Ghazali. Semoga bisa kita amalkan. ANWallahu a’lam bish shawab.

Bagikan SYEIKH AHMAD yang merupakan saudara dari Imam Abu Hamid Al Ghazali mengkisahkan,"Di saat hari Senin di waktu shubuh, saudaraku Abu Hamid berwudhu dan melaksanakan shalat. Lantas ia mengatakan,'Ambilkan kafan untukku'. Lantas aku pun mengambilkan untuknya. Ia pun mencium kafan itu dan menutupkannya di wajah seraya berkata,'Saya
Hujjatul Islam Imam Al-Gazali. Siapa tak kenal ulama tersohor ini? Kedalaman ilmu ulama bernama lengkap Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazali ath-Thusi tersebut tak diragukan lagi, bahkan oleh para pengkritiknya. Karya tulisnya ratusan dan dibaca selama berabad-abad hingga sekarang. Madzhab tasawufnya diikuti. Ilmu kalamnya menjadi benteng. Dan ulasan ushul fiqihnya menjadi rujukan. Imam al-Ghazali juga serius mendalami filsafat meski akhirnya ilmu ini ia kritik Imam al-Ghazali sebagai ilmuan diakui oleh kawan maupun lawan. Tapi yang mesti diingat, kehebatannya tak datang tiba-tiba. Ulama yang terkenal dengan karya monumental Ihya’ Ulumiddin ini melalui kehidupan berliku sejak kecil. Al-Ghazali hidup dalam keluarga miskin. Ayahnya yang sangat taat beragama adalah seorang pemintal dan melalui perkejaan sederhana ini pula ia menghidupi keluarga. Ia hanya mau menafkahi keluarga dari hasil jerih payahnya diliputi hidup yang serbaterbatas, ayah al-Ghazali menyimpan impian yang begitu menggebu, yakni kedua anaknya, Imam al-Ghazali dan saudaranya Imam Ahmad kelak menjadi orang yang faqîh dan tonggak dalam suksesnya syiar Islam. Ayah Imam al-Ghazali memang orang yang gemar mengunjungi majelis-majelis ilmu, melayani para ulama, dan ketika mendengarkan kalam guru-gurunya itu ia menangis dan merunduk sembari melangitkan doa bagi masa depan tersebut terkabul meski sang ayah tak menyaksikan kebesaran anak-anaknya karena wafat sebelum mereka dewasa. Kerasnya hidup sebagai anak yatim dan semangat menimba ilmu yang terus berkobar membuat al-Ghazali kecil dan saudaranya tumbuh sebagai manusia yang cerdas dan sangat disegani. Wawasannya luas dan terbuka, pribadinya penuh cinta dan kasih sayang, serta kezuhudan dan ketaatannya dalam beragama amat meyakinkan. Bahkan oleh sang guru, Imam al-Haramain, al-Ghazali dijuluki “bahrun mughdiq” lautan luas tak bertepi.Imam al-Ghazali pernah diangkat sebagai guru besar di Madrasah Nidhamiyah, Bagdad, era kekuasaan Nidhamul Mulk saat usianya 34 tahun. Ini adalah kedudukan tertinggi di dunia pendidikan dan keislaman zaman itu yang belum pernah disandang siapa pun dalam usia yang relatif muda. Meskipun, kehormatan itu sempat ia lepas begitu saja demi pendalamannya terhadap ilmu demikian, bukan statusnya sebagai profesor itu yang membuat kisah Imam al-Ghazali menarik. Setelah mengakhiri pengabdian di Madrasah Nidhamiyah, sang imam pulang ke kampung asal, Thus, dan mendirikan zawiyah atau semacam pesantren untuk meneruskan khidmah mengajar hingga akhir hayat. Pada detik-detik kewafatannya, sebuah peristiwa indah Faraj ibn al-Juuzi dalam kitab Ats-Tsabât 'indal Mamât memaparkan cerita dari Imam Ahmad, saudara kandung Imam al-Ghazali. Suatu hari, persisnya Senin 14 Jumadil Akhir 505 H, saat terbit fajar, Imam al-Ghazali mengambil wudhu lalu menunaikan shalat shubuh. Usai sembahyang, al-Ghazali berkata, "Saya harus memakai kain kafan.” Lalu ia mengambil, mencium, dan meletakkan kain kafan tersebut di kedua matanya. Selanjutnya, Imam al-Ghazali berucap, “Saya siap kembali ke hadirat-Mu dengan penuh ketaatan dan kepatuhan saman wa thâ’atan lid dukhûli alal mulk.” Ia pun meluruskan kedua kakinya, menghadap arah kiblat, lalu kembali kepada Sang Kekasih untuk selama-lamanya. Innâlillâhi wa innâ ilaihi râji al-Ghazali wafat pada 19 Desember 1111 dan dikebumikan di desa Thabran, kota Thus. Proses wafatnya yang tenang, damai, dan indah mencerminkan kualitas kehambaannya selama hidup. Kepergiannya ditangisi para ulama, murid-muridnya, dan jutaan umat Islam. Imam al-Ghazali mewariskan ratusan karya tulis, teladan, dan keilmuan yang tak lekang oleh zaman. Mahbib Khoiron
ImamGhazali menuliskan dalam kitabnya Asrar Al-Haj. Saturday, 27 Syawwal 1443 / 28 May 2022
AlGhazali kembali untuk mengajar di Universitas Nizamiah lagi. Dalam usia 55 tahun al-Ghazali meninggal dunia di Thus pada 14 Jumadil akhir 550 H, 19 Desember 1111 M dengan dihadapi oleh saudara laki-lakinya Abu ahmad Mujjidduddin. Jenazahnya dimakamkan di sebelah timur benteng di makam Thaberran bersisian dengan makam penyair besar Firdausi.
AlGhazali merupakan seorang tokoh terpenting dalam aliran Asy'ariyah. Al-Ghazali menjelaskan bahwa Tuhan itu memiliki sifat yang qadim yang berbeda dengan entitasnya, dan memiliki wujud selain dari entitasnya tersebut. Al-Qur'an adalah qadim, bukanlah makhluk. Perbuatan Tuhan dan perbuatan manusialah yang menciptakannya.
.
  • 1oumlui1xf.pages.dev/913
  • 1oumlui1xf.pages.dev/504
  • 1oumlui1xf.pages.dev/572
  • 1oumlui1xf.pages.dev/584
  • 1oumlui1xf.pages.dev/743
  • 1oumlui1xf.pages.dev/210
  • 1oumlui1xf.pages.dev/868
  • 1oumlui1xf.pages.dev/801
  • 1oumlui1xf.pages.dev/592
  • 1oumlui1xf.pages.dev/311
  • 1oumlui1xf.pages.dev/754
  • 1oumlui1xf.pages.dev/225
  • 1oumlui1xf.pages.dev/629
  • 1oumlui1xf.pages.dev/466
  • 1oumlui1xf.pages.dev/903
  • makam imam al ghazali