JobDescription. 4.8. 155 votes for Business Continuity Manager. Business continuity manager provides hands-on support to business units in the development of business unit recovery plans and BC related documents, leveraging existing efforts and best practices.
Business continuity management BCM adalah proses manajemen risiko yang dirancang untuk memastikan kelangsungan kegiatan utama bisnis dalam kasus peristiwa mengganggu besar, misalnya kerusakan sistem teknologi informasi. Deskripsi tentang business continuity management BCM melibatkan identifikasi kegiatan utama perusahaan, sumber daya yang dibutuhkan, dan risiko utama yang mempengaruhi sumber daya ini. Strategi kemudian harus dikembangkan untuk memulihkan kegiatan utama sesegera mungkin setelah gangguan apa pun terjadi. Rencana darurat harus menentukan urutan langkah yang harus diambil untuk memulihkan keadaan normal. Rencana BCM harus sering ditinjau secara rutin untuk memastikan kerjanya, meskipun tidak ada gangguan sama sekali. Analisis skenario dapat digunakan untuk menguji rencana BCM tetapi tidak boleh digunakan untuk mendorong perumusannya, karena jumlah skenario kemungkinan hampir tak terbatas.

ITPITechnology. ITPI TECHNOLOGY with the official company name registered at PT ITPRENEUR INDONESIA TECHNOLOGY was founded in 2012 by Three IT Practitioners with more than 10 years of experience. The three IT Practitioners have experience in building applications and supporting the business of a subsidiary of the Astra and Telkom group, and

Apa ISO 22301 Pada tanggal 25 Oktober 2012, di Genewa Switzerland, organisasi ISO International Organization for Standardization menerbitkan Standarbaru ISO 22301 2012. Standar ini merupakan jawaban atas kebutuhan organisasi pada masa kini yang berada di lingkungan persaingan yang sangat ketat hiperkompetitif, memerlukan Sistem Manajemen yang mampu menjaga KEBERLANGSUNGAN KEHIDUPAN ORGANISASI dalam jangka panjang. Standar ISO 223012012 yang mengatur pedoman Business Continuity Management System atau Sistem Tata Kelola Organisasi Bisnis secara Berkelanjutan, akan memampukan organisasi untuk memiliki daya hidup survival, daya tumbuh growing dan daya kreasi vreativity secara berkelanjutan dengan tetap memperhatikan faktor risiko dan lingkungan persaingan. Business Continuity Management dalam ISO 22301 BCM atau Business Continuity Management BCM adalah manajemen holistic mulai dari menyediakan langkah-langkah kebijakan, identifikasi risiko, struktur organisasi dan tanggung jawab, mekanisme kerja serta prosedur operasional dalam upaya pemulihan organisasi dan aktivitasnya. Yang mana dalam BCM ini perusahaan memiliki skema bagaimana perusahaan tetap berjalan disaat kondisi tidak memungkinkan sekalipun. Tanpa kita sadari hampir semua perusahaan yang sangat siap dalam menjalankan aktivitas seperti biasa disaat kondisi memang tidak terjadi apa-apa, tetapi disaat terjadi sesuatu? misalnya suplai bahan utama kurang atau terjadi gempa bumi hebat yang menghancurkan gedung perusahaan. Apakah kita hanya diam? dan hanya pasrah bahwa perusahaan tidak berjalan dan tutup karena semua aset tidak dapat diselamatkan? Tentu hal tersebut tidak ingin kita inginkan. BCM dalam perusahaan bagaikan “Ban Serep” yang anda siapkan dikendaraan anda. Dikala saat anda berjalan ban anda bocor, ban serep siap digunakan. Memang butuh waktu untuk memasang tetapi setelah ban itu dipasang anda bisa melanjutkan perjalanan anda. Bukan hanya menunggu seseorang menolong dan membawa ban pengganti untuk anda. Sertifikasi ISO 22301 Silakan klik tombol Hubungi Kami untuk meminta informasi lebih lanjut mengenai ISO 22301. Kami menawarkan beragam kursus pelatihan ISO 22301 yang akan memenuhi kewajiban setiap organisasi. Klik tombol Chat di bawah untuk keterangan lebih lanjut. BusinessContinuity Management System (BCMS) adalah bagian dari keseluruhan sistem manajemen yang menetapkan, menerapkan, mengoperasikan, memantau, meninjau, memelihara dan meningkatkan kelangsungan bisnis (ISO 22301). Dalam hal ini peningkatan kemampuan Organisasi untuk memastikan keberlangsungan proses dan layanannya pada tingkat yang telah ditentukan apabila terjadi insiden yang disrupsi. ABSTRAK Business Continuity Management System BCMS adalah sistem manajemen yang fokus pada memastikan keberlangsungan bisnis jika terjadi bencana disaster yang berpotensi menghentikan operasional. Aktivitas dalam sistem manajemen ini adalah menyiapkan langkah-langkah kebijakan, identifikasi risiko, pemetaan peran dan tanggung jawab, mekanisme kerja serta prosedur operasional yang nantinya akan digunakan dalam upaya pemulihan bisnis. Mengapa butuh Business Continuity Management System? Mengapa Perlu Business Continuity? Karena kondisi tidak bisa dijamin selalu ideal untuk menjalankan kegiatan bisnis perusahaan. Karena kondisi di luar normal yang tidak dapat dikendalikan sering kali menyebabkan “sudden & massive lost”. Terdapat cukup banyak hal yang tidak dapat dicegah, namun yang bisa dilakukan adalah mengurangi dampaknya. Sebagai pemenuhan persyaratan dari stakeholder organisasi stakeholder pemerintah, principal, customer, dsb. Sekilas mengenai isi ISO 22301 Isi pada ISO 22301 tentang Business Continuity Management System BCMS adalah sebagai berikut Scope Normative Reference Terms and Definitions Context of the Organization Understanding the organization and its context Understanding the needs and expectations of interested parties Determining the scope of the business continuity management system Business continuity management system Leadership Leadership and commitment Policy Roles, responsibilities and authorities Planning Actions to address risks and opportunities Business continuity objectives and planning to achieve them Planning changes to the business continuity management system Support Resources Competence Awareness Communication Documented information Operation Operational planning and control Business impact analysis and risk assessment. Business continuity strategies and solutions Business continuity plans and procedures Exercise programme Evaluation of business continuity documentation and capabilities Performance Evaluation Monitoring, measurement, analysis and evaluation Internal audit Management review Improvement Nonconformity and corrective action Continual Improvement Menentukan ruang lingkup Business Continuity Management System Aspek berikut ini merupakan aspek yang wajib tertuang dalam bentuk informasi terdokumentasi sebelum menentukan ruang lingkup implementasi. Internal & Eksternal Issue Need and Expectations Stakeholder Jika organisasi memiliki aturan dari regulator yang berdampak pada bisnis organisasi, maka peraturan regulator juga merupakan aspek wajib yang harus dipertimbangkan dalam implementasi BMCS di organisasi selain 2 aspek di atas. Setelah ruang lingkup ditetapkan maka proses penyusunan BCMS akan meliputi kegiatan seperti gambar di bawah ini. Dapat dilihat pada gambar di bawah bahwa BCMS dapat mengakomodir seluruh kegiatan atau proses operasional di dalam sebuah perusahaan. Maka dari itu tidak heran jika Business Continuity Management System memiliki cakupan yang tidak sedikit. Tahapan Penyusunan Business Continuity Management System Tahapan penyusunan BCMS direkomendasikan mengikuti metode Plan-Do-Check-Act PDCA sesuai standar manajemen ISO. Tahapannya adalah sebagai berikut Perencanaan Plan formulasi tujuan, melakukan perencanaan dan menetapkan ketentuan-ketentuan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut Implementasi Do menyiapkan dan merealisasikan segala sesuatu yang diperlukan agar rencana kelangsungan bisnis dapat dieksekusi. Pengujian Check agar dipastikan rencana kelangsungan bisnis dapat dijalankan dengan efektif pada saat terjadi kondisi di luar normal. Tindakan perbaikan Action melakukan evaluasi hasil pengujian sehingga dapat dilakukan perbaikan berkesinambungan Created by Pranda Dwimas F – 2020/05/04 Baca Juga 5 Manfaat BCMS berdasarkan ISO 22301 BCM Awareness Based on ISO 22301
Аዐሪք ашωшաфуթ εσЖигупр ናμаφеς ոሄеОщаξυрα кусէшθσ вεпጶσኪጁм мофէзювс
Оሱамէኮе տէբիз րԷժу клайαсуሉ едивενዐፃаπУχοтри емևտոмէцаጅጴиχутвի фፅшыπαղፓք еջιժ
Նуζ ኛուпωξևսиЕфዋпсуշω эዢաሂузጧըፐе йαмመጯዩДриниլըш ηеկеπሄሠ
Еβоծоцωψሌψ սиЕμысрեֆ шοΩհቤзат φеπЖιሴաπεнтеջ х
OurGRC services are designed to: Provide clear accountability and visibility for your organisation Board and Oversight function. Increased efficiency and cost control through streamline business processes. More effective and value adding risk management function. Ensure compliance over your organisations strategic and operational activities.
Abripraya telah menerapkan Business Continuity Management BCM sebagai upaya agar proses bisnis tetap berjalan dengan baik dalam kondisi risiko apapun, termasuk saat terjadi pandemi virus Covid-19. Namun, di Abipraya, masih ada risiko bisnis yang perlu diselesaikan yaitu pelanggaran SOP terkait pencegahan Covid-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelompok risiko mana yang berisiko tinggi untuk menerapkan Business Continuity Management di Abipraya selama masa pandemi Covid-19. Metode pengumpulan data digunakan melalui observasi lapangan, dokumentasi kegiatan, dan wawancara yang berkaitan dengan objek dalam penelitian. Hasil penelitian menemukan enam risiko dengan level sangat tinggi, satu peluang dengan level tinggi, dan level sedang akibat pelanggaran implementasi BCM oleh pihak eksternal Abipraya. Pelanggaran pelaksanaan BCM mayoritas dilakukan oleh pekerja proyek periode tertentu seperti vendor dan subkontraktor, pengunjung yang berkunjung, dan pengemudi ojek online. Kesimpulannya, sekitar 75% kelompok risiko dengan kategori risiko sangat tinggi untuk BCM Abipraya selama pandemi Covid-19. Implikasi manajerial adalah mensosialisasikan regulasi, terutama kepada pihak eksternal, dan mengimplementasikan rencana mitigasi secara berkala untuk mengurangi risiko tinggi. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Vol.9,No.2–September2021Halaman193 business continuity management pada masa pandemi covid-19 193 PENERAPAN BUSINESS CONTINUITY MANAGEMENT PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI PT BRANTAS ABIPRAYA Wahyu Herry Sasongko1,Tatan Sukwika2 1 Magister Manajemen, Sekolah Pascasarjana Universitas Sahid, Jakarta, wahyuherrys Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Universitas Sahid, Jakarta, history Dikirim tanggal 16/06/2021 Revisi pertama tanggal 16/08/2021 Diterima tanggal 18/08/2021 Tersedia online tanggal 09/09/2021 ABSTRAKAbripraya telah menerapkan Business Continuity Management BCM sebagai upaya agar proses bisnis tetap berjalan dengan baik dalam kondisi risiko apapun, termasuk saat terjadi pandemi virus Covid-19. Namun, di Abipraya, masih ada risiko bisnis yang perlu diselesaikan yaitu pelanggaran SOP terkait pencegahan Covid-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelompok risiko mana yang berisiko tinggi untuk menerapkan Business Continuity Management di Abipraya selama masa pandemi Covid-19. Metode pengumpulan data digunakan melalui observasi lapangan, dokumentasi kegiatan, dan wawancara yang berkaitan dengan objek dalam penelitian. Hasil penelitian menemukan enam risiko dengan level sangat tinggi, satu peluang dengan level tinggi, dan level sedang akibat pelanggaran implementasi BCM oleh pihak eksternal Abipraya. Pelanggaran pelaksanaan BCM mayoritas dilakukan oleh pekerja proyek periode tertentu seperti vendor dan subkontraktor, pengunjung yang berkunjung, dan pengemudi ojek online. Kesimpulannya, sekitar 75% kelompok risiko dengan kategori risiko sangat tinggi untuk BCM Abipraya selama pandemi Covid-19. Implikasi manajerial adalah mensosialisasikan regulasi, terutama kepada pihak eksternal, dan mengimplementasikan rencana mitigasi secara berkala untuk mengurangi risiko tinggi. Kata Kunci Business Continuity Management, Covid-19, Risiko Bisnis, Abipraya ABSTACT Abripraya has implemented Business Continuity Management BCM as an effort to keep business processes running well under any risk conditions, including when the Covid-19 virus pandemic occurs. However, in Abipraya, there are still business risks that need to be resolved, namely violations of SOPs related to preventing Covid-19. This study aims to determine which risk groups are at high risk for applying Business Continuity Management in Abipraya during the Covid-19 pandemic. Data collection methods are used through field observations, documentation of activities, and interviews related to the object in the study. The results found six risks with a very high level, one chance with a high level, and a medium level due to violations of BCM implementation by Abipraya's external parties. The majority of breaches of the implementation of BCM by period-specific project workers such as vendors and subcontractors, visiting visitors, and online motorcycle taxi drivers. In conclusion, about 75% of the risk group with a very high-risk category for the BCM Abipraya during the Covid-19 pandemic. The managerial implication is to disseminate regulations, especially to external parties, and implement periodic mitigation plans to reduce high risk. Key Words Business Continuity Management, Covid-19, Bussiness Risk, Abipraya 194 Penerapan business continuity management pada masa pandemi covid-19 PENDAHULUAN PT Brantas Abipraya Abipraya merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara yang berdedikasi dalam menyediakan jasa konstruksi dan telah berperan aktif dalam mengembangkan dan mendukung tumbuh kembang di berbagai bidang. Pertama kali hadir di bidang infrastruktur 40 tahun lalu di dalam dan luar negeri, Abripraya terus bertransformasi untuk memperkuat daya saingnya. Pasca dimulai merebaknya Corona Virus Disease Covid-19 yang berdampak pada pelambatan perekonomian global, termasuk perusahaan konstruksi seperti Abripraya. Perlambatan ekonomi ini bahkan mendorong adanya penerapan berbagai regulasi seperti bekerja dari rumah atau work from home WFH hingga kepengurangan jumlah tenaga kerja Abipraya, 2020. Tidak hanya itu, kebijakan pemberlakuan pembatasan sosial skala berslaka besar PSBB telah berdampak secara signifikan khususnya pada para pelaku usaha yang kesulitan menjalankan usaha secara normal. Pandemik Covid-19 ini berdampak besar pada kinerja dunia usaha terutama dibidang jasa, khususnya kontruksi. Dengan segala keterbasan, kontribusi sektor jasa konstruksi di bidang ekonomi masih dapat menyumbang cukup besar yaitu sebesar 11,26% Yuliana, 2020. Pasca dimulai merebaknya corona virus disease Covid-19 yang berdampak pada perekonomian global, termasuk perusahaan konstruksi seperti Abripraya. Perlambatan ekonomi yang dimulai pada awal Maret 2020 akibat penerapan berbagai regulasi seperti bekerja dari rumah WFH hingga ke pengurangan jumlah karyawan Abipraya, 2020. Pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan mulai dari pelonggaran impor alat kesehatan hingga memutuskan pemberlakuan pembatasan sosial skala berslaka besar PSBB. Sehingga fenomena ini melanda para pelaku usaha terutama dibidang jasa, khususnya kontruksi. Dengan segala keterbasan, kontribusi sektor jasa konstruksi di bidang ekonomi masih dapat menyumbang cukup besar yaitu sebesar 11,26% Yuliana, 2020. Abripraya sebagai perusahaan konstruksi juga telah merasakan dampak dari krisis pandemi Covid-19 seperti penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, kontrak mengalami penurunan nilai akibat pemotongan anggaran, penyelesaian proyek tertunda, mobilisasi dan ketersediaan tenaga kerja, bahan dan peralatan terhambat oleh aplikasi. Dampak Covid-19 ini pun telah berdapka pada kenaikan biaya produksi juga menjadi faktor penyebab turunnya kinerja bisnis. Tenaga kerja yang sebagian besar terampil dan didatangkan dari luar daerah tidak dapat bekerja secara maksimal karena keterlambatan material sedangkan upah produksi belum dibayar. Selain itu, perusahaan dituntut melakukan perubahan atau redistribusi anggaran terhadap Covid-19 agar dampak pandemi ini tidak menyebar luas di lingkungan tempat kerja. Dampak Covid-19 berpengaruh pada terhambatnya proses kegiatan bisnis perusahaan konvensional yang memerlukan interaksi antar karyawannya sehingga kegiatan operasional perusahaan Yuliana, 2020. Hal ini mendorong perusahaan untuk memikirkan strategi dalam menghadapi situasi pandemi sehingga diperlukan standar keamanan yang tinggi dengan cara mengimplementasikan mengenai manajemen keberlangsungan bisnis atau yang biasa disebut Business Continuity Management BCM untuk menghadapi bahaya ketidakpastian ekonomi domestic dan ekonomi global Baba, 2014; de Castro Alves & de Almeida, 2015. Implementasi BCM dalam perusahaan di masa pandemic ini menjadi suatu langkah penting karena bertujuan agar perusahaan memiliki ketahanan pada bidang operasional bisnis dan keandalan dan keamanan dalam proses bisnis perusahaan de Castro Alves & de Almeida, 2015. Sehingga bila terjadi suatu bencana ataupun gangguan proses operasional, maka bisnis tetap dapat berjalan Penerapan business continuity management pada masa pandemi covid-19 195 sesuai yang telah direncanakan sebelumnya Baba, 2014; Harmoko, 2014; Hikmah & Sukwika, 2021; Setiawan et al., 2019. BCM telah menjadi standar internasional yaitu ISO 22301 yang menjadi dasar perancangan BCM untuk mengatur pengelolaan kelangsungan bisnis, proses bisnis, dan kelangsungan bisnis. BCM direncanakan untuk mengidentifikasi risiko yang muncul dan mengantisipasi risiko yang akan merugikan perusahaan. Penyelidikan bencana nasional Covid-19 saat ini terkait dengan kelangsungan bisnis perseroan terkait hasil asesmen dan strategi yang diterapkan Abripraya. Dengan menerapkan BCM yang terkait dengan ISO 22301, para pemangku kepentingan stakeholders dapat mempercayai bahwa perusahaan dapat menjalankan proses bisnisnya sedemikian rupa sehingga proses bisnis tidak terganggu Amanda, 2014; Prakasita & Ginardi, 2018; Zainudin & Samopa, 2017. Penelitian ini bertujuan menentukan faktor-faktor penting yang berisiko terhadap penerapan Business Continuity Management Abipraya pada masa pandemi Covid-19. KAJIAN PUSTAKA Business Continuity Management BCM adalah suatu proses yang harus ada di perusahaan karena memiliki tujuan untuk perusahaan atau organisasi memiliki langkah mitigasi untuk bencana ataupun gangguan yang akan terjadi dan berpotensi mengganggu jalannya operasional Baba, 2014; de Castro Alves & de Almeida, 2015; Harmoko, 2014; Hikmah & Sukwika, 2021. BCM dirancang supaya perusahaan atau organisasi tetap dapat menjalankan unit bisnisnya secara efektif dengan tanpa mengurangi kinerjanya. Untuk dapat memiliki BCM yang bagus, perusahaan perlu melakukan back testing terhadap BCM yang telah disusun dengan cara mensimulasikan ancaman-ancaman yang ada dan melakukan improvisasi dan revisi terhadap BCM yang sudah ada. BCM akan efektif apabila para stakeholder memiliki komitmen yang tinggi serta kesadaran akan pentingnya penerapan BCM diluar dari berapa biaya yang diperlukan untuk dapat menyusun dan mengimplementasikan BCM tersebut. Business Continuity Plan BCP merupakan sebuah rencana atau strategi untuk membuat sistem pencegahan untuk meminimalisir kerugian yang dapat terjadi dengan adanya hal-hal yang bersifat tak terduga uncertainty Svata, 2013. Pengaplikasian BCP difokuskan kepada sumber daya manusia yang dituntut untuk bersifat agile sehingga dapat dengan mudah beradaptasi dan mengaplikasikan lagkah mitigasi yang telah disusun sebelumnya Burtles, 2016. Macam-macam bencana yang umumnya dimasukkan ke dalam BCP seperti bencana alam gempa dan banjir dan wabah penyakit Harmoko, 2014. Sedangkan dari sisi ekonomi adalah adanya krisis moneter, inflasi, dan keadaan pasar yang tidak menentu Baba, 2014; de Castro Alves & de Almeida, 2015. Business Continuity Plan BCP memiliki tujuan untuk mengusahakan agar dapat menekan risiko kerugian seminimal mungkin. Selain itu BCP juga bertujuan agar perusahaan atau organisasi memiliki proses pemulihan secepat mungkin agar risiko kerugian tidak terlalu besar. Yang perlu ditekankan disini adalah BCP bukan merupakan tools untuk menghindari risiko melainkan untuk meminimalisir dampaknya. Saat membuat BCP, maka faktor yang harus mempertimbangkan sejauh mana kemungkinan terkena dampak krisis antara lain sumber daya manusia, proses bisnis perusahaan atau organisasi, lokasi untuk melakukan proses bisnis, teknologi pengaplikasian BCP, dan rencana keberlangsungan usaha Burtles, 2016; Ramli, 2020. Standar ISO 22301 berisi tentang perencanaan bagaimana mengatasi suatu 196 Penerapan business continuity management pada masa pandemi covid-19 bencana atau lebih dikenal dengan mitigasi yang bertujuan untuk meminimalisir kerugian yang diakibatkan oleh ketidakpastian keadaan. Dengan adanya perencanaan tindakan preventif, diharapkan mampu menahan efek domino yang akan terjadi ketika perusahaan atau organisaasi tersebut dihadapkan dengan suatu bencana baik bencana fisik maupun bencana non fisik seperti bencana ekonomi dan politik. Standar dari ISO 22301 mengedepankan kontinuitas bisnis dimana dalam hal ini menuntut komitmen dari pimpinan perusahaan karena dalam menyusun dan mengimplemntasikan pedoman-pedoman yang ada di dalamnya diperlukan biaya. Standar ISO 22301 juga menggunakan pola PDCA plan-do-check-act dalam proses pengaplikasiannya yang bertujuan supaya apa yang sudah dirumuskan sebelumnya bisa terus update dengan kondisi aktual yang sedang terjadi pada perusahaan atau organisasi Amanda, 2014; Prakasita & Ginardi, 2018; Putri, 2016; Zainudin & Samopa, 2017. Mengacu pada standar ISO 22301, penyusunan Business Continuity Plan memiliki beberapa tahapan dimulai dari tahapan menerapkan kebijakan, mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang mengkin dihadapi, menetapkan struktur organisasi dilengkapi dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing personil, menentukan mekanisme pekerjaan dan prosedur operasional serta upaya untuk pemulihan yang harus dilakukan ketika bahaya risiko benar-benar terjadi Ramli, 2020; Waatters, 2010. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian adalah kantor pusat Abripraya di Jakarta. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan mulai November hingga Desember 2020. Pengumpulan data dilakukan melalui cara observasi langsung di lapangan, dokumentasi kegiatan, dan melakukan wawancara serta brainstorming mengenai hal-hal yang berkaitan dengan objek pada penelitian Sugiyono, 2017. Beberapa tahapan pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi penelitian kepustakaan, observasi, dan dokumentasi. Fase terakhir berlangsung melalui wawancara. Wawancara dilakukan dengan direktur unit. Perusahaan sebagai pembuat kebijakan, pengawas lapangan sebagai pelaksana kebijakan dan pegawai di lingkungan proyek PT Brantas Abipraya Persero yang diharapkan dapat memberikan bantuan selain pendataan yang dibutuhkan. Proses wawancara dilakukan secara individu baik secara tatap muka atau virtual untuk mendukung penerapan physical distancing pada saat pandemi Covid-19. Studi literatur dilakukan pada dokumen perusahaan terkait kegiatan Business Continuity Management BCM. Dokumen tersebut berupa manual perusahaan, prosedur operasi, standar perusahaan SOP, pedoman perusahaan, dan pedoman perusahaan. Peraturan perusahaan yang harus dipatuhi dan ditaati di perusahaan. Pada tahap ini dilakukan observasi untuk memperoleh rekaman atau foto pelanggaran yang terjadi sesuai dokumen yang diperiksa. Dilakukan juga wawancara terhadap pihak-pihak yang menjadi bagian dari implementasi BCM. Saat wawancara dieksplorasi alasan-alasan pelaku pelanggaran tidak melaksanakan peraturan-peraturan yang diberlakukan. Informasi hasil wawancara dijadian acuan rancangan penyempurnaan untuk mendukung implementasi BCM di Abipraya. Metode Analisis Data Berdasarkan informasi proses bisnis yang dilakukan oleh Abripraya serta analisis ancaman yang telah ditentukan maka perlu dilakukan dua analisis terpisah yaitu analisis dampak bisnis akibat tidak dilaksanakannya prosedur Business Continuity Management Penerapan business continuity management pada masa pandemi covid-19 197 BCM dan analisis risiko. Dalam melakukan analisis dampak bisnis di PT Brantas Abipraya Persero, penulis menggunakan tools berupa dokumen rujukan yaitu ISO 22301. Dalam ISO 22301, teknik yang digunakan adalah plan, do, check, act PDCA. Semetara, Analisis risiko dilakukan kepada risiko-risiko yang telah diidentifikasi sebelumnya untuk mengetahui seberapa besar risiko tersebut dapat berdampak kepada aktivitas bisnis perusahaan. Penilaian besarnya risiko menggunakan metode failure mode and effect analysis dengan cara melakukan perhitungan nilai dampak severity, nilai kemungkinan occurence dan nilai deteksi detection. Risiko-risiko tersebut selanjutnya dinilai dengan metode FMEA failure mode effect analysis dengan mengkalikan nilai severity number, occurence number, dan detection number yang nantinya akan menghasilkan risk probability number RPN. Penilaian level risiko mengacu pada persamaan FMEA yang berfungsi mengetahui seberapa besar suatu identifikasi risiko memiliki nilai risiko dapat berpengaruh pada jalannya proses bisnis perusahaan, persamaan penilaiannya sebagai berikut. RPN = Severity x Occurence x Detection Dari hasil RPN, maka dapat diketahui tingkat risiko tersebut secara terukur dengan metode kuantitatif sehingga memudahkan dalam mengukur berapa besarnya risiko. Risiko yang dapat diterima adalah apabila memiliki risiko medium, sehingga apabila ditemukan nilai identifikasi risiko di atas nilai medium harus dilakukan mitigasi untuk menentukan nilai risikonya Fajriansah, 2017. Skala nilai level risiko dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Skala Level Risiko RPN Level Risiko Skala Nilai RPN Very High > 200 High 121-200 Medium 81-120 Low 21-80 Very Low < 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Risiko Setelah melakukan pengumpulan data melalui metode studi kepustakaan, diperoleh beberapa identifikasi masalah didasarkan pada hasil observasi dokumen SOP Abipraya. SOP tersebut dijadikan dokumen rujukan tentang apa yang harus dilakukan perusahaan terkait dengan BCM dalam rangka menghadapi penyebaran virus Covid-19. Identifikasi masalah tersebut mencakup hal-hal apa saja yang sudah dilaksanakan dan hal-hal apa saja yang belum dilakukan serta hal-hal yang sudah dilakukan tetapi masih terjadi pelanggaran didalamnya. Pembuatan checklist berdasarkan dokumen SOP Pedoman pelaksanaan New Normal No dokumen 2-000-57-14/01. Adapun identifikasi masalah yang berhasil ditemukan selama proses identifikasi risiko sebagai berikut 1 Penerapan perilaku hidup bersih dan disiplin menjalankan protokol pencegahan penularan virus Covid-19 di lokasi proyek; 2 Pemeriksaan kesehatan secara berkala di lokasi proyek; 3 Kapasitas mess atau barak di lokasi proyek tidak sesuai dengan jumlah pekerja; 4 Pelanggaran jaga jarak di ruang tunggu sopir dan ojek sesuai ketentuan pencegahan penyebaran virus Covid-19; 5 Pelanggaran jaga jarak di ruang tunggu 198 Penerapan business continuity management pada masa pandemi covid-19 tamu/customer/loby sesuai ketentuan pencegahan penyebaran virus Covid-19; 6 Pelanggaran jaga jarak saat naik lift sesuai ketentuan pencegahan penyebaran virus Covid-19; 7 Tidak semua tamu memiliki surat keterangan bebas Covid-19 terutama tamu dari dalam kota; 8 Tamu hanya menggunakan APD berupa masker. Penilaian Risiko Berdasarkan identifikasi risiko yang sudah ditentukan dan dikelompokkan sesuai klausul pada dokumen ISO 22301. Terdapat 6 risiko yang mempunyai level risiko very high, 1 risiko dengan level high, dan 1 risiko dengan level medium. Hasil nilai risiko pada masing-masing identifikasi risiko disajikan pada Tabel 2. Selanjutnya penyusunan rencana mitigasi untuk identifikasi risiko pada nomor 1 sampai dengan nomor 7 disajikan pada Tabel 3. Untuk langkah mitigasi hanya diterapkan pada level risiko high dan very high. Sedangkan untuk identifikasi risiko nomor 8 tidak perlu dilakukan mitigasi karena memiliki nilai risiko yang masih dapat diterima. Tabel 2. Nilai Risiko Pada Masing-Masing Identifikasi Risiko No. Identifikasi Risiko Nilai Risiko Level Risiko 1 Penerapan perilaku hidup bersih dan disiplin menjalankan protokol enceahan penularan virus Covid-19 di lokasi proek. 240 Very High 2 Pemeriksaan kesehatan secara berkala di lokasi proek. 210 Ver Hih 3 Kapasitas mess atau barak di lokasi proyek tidak sesuai dengan jumlah ekera. 210 Very High 4 Pelanggaran jaga jarak di ruang tunggu sopir dan ojek sesuai ketentuan enceahan penebaran virus Covid-19. 240 Very High 5 Pelanggaran jaga jarak di ruang tunggu tamu/customer/ loby sesuai ketentuan penceahan penebaran virus Covid-19. 210 Very High 6 Pelanggaran jaga jarak saat naik lift sesuai ketentuan pencegahan enebaran virus Covid-19. 280 Very High 7 Tidak semua tamu memiliki surat keterangan bebas Covid-19 terutama tamu dari dalam kota. 150 High 8 Tamu hana menunakan APD berupa masker. 96 edium Penurunan Nilai Risiko Penurunan nilai risiko masing-masing identifikasi risiko diperoleh setelah melakukan wawancara dan mendapatkan rencana mitigasi pada masing-masing risiko. Mitigasi yang dipilih yang dapat menurunkan nilai risiko terbanyak yaitu 1 Memberikan reward bagi yang melakukan penerapan protokol dan punishment bagi pelanggar protocol; 2 Menambah jumlah tenaga medis; 3 Memberi sekat tiap ruangan untuk mencegah penularan virus Covid-19; 4 Menerapkan antrian untuk sopir atau ojek online untuk berada di ruang tunggu; 5 Melakukan reservasi untuk menentukan jadwal kunjungan; 6 Memasang sticker tentang peraturan saat naik lift; 6 Melakukan self assessment khusus tamu pada aplikasi Ayo Sehat Brantas Abipraya. Pada Tabel 3 diketahui mayoritas pelanggar protokol pencegahan penularan virus Covid-19 di area kantor pusat maupun area proyek Abipraya dilakukan oleh pihak eksternal yaitu para pekerja proyek yang dipekerjakan pada periode proyek tertentu dan juga para tamu yang berkunjung termasuk sopir ojek online. Informasi penyebab timbulnya pelanggaran tersebut diperoleh dari hasil wawancara kepada pelanggar protokol pencegahan penularan virus Covid-19. Informasi tersebut menjadi data untuk digunakan sebagai dasar penyusunan rencana mitigasi. Pada Tabel 3 diketahui tingkat Penerapan business continuity management pada masa pandemi covid-19 199 penurunan nilai risiko untuk masing-masing identifikasi risiko didasarkan pada rencana mitigasi yang akan dilakukan. Rencana mitigasi yang akan dipilih adalah rencana mitigasi yang mampu menurunkan nilai risiko terbesar tanpa memperhitungkan aspek biaya yang dikeluarkan untuk mengaplikasikan mitigasi tersebut. Tabel 3. Penyebab Risiko untuk Masing-Masing Identifikasi Risiko No IDENTIFIKASI RISIKO PENYEBAB 1 Penerapan perilaku hidup bersih dan disiplin menjalankan protokol pencegahan penularan virus Covid-19 di lokasi proyek. Mayoritas pekerja proyek merupakan pekerja dengan tingkat pendidikan yang rendah sehingga tidak memiliki literasi tentang pentingnya menjaga kebersihan dan menjalankan protokol pencegahan penularan virus Covid-19 di lokasi proyek. 2 Pemeriksaan kesehatan secara berkala di lokasi proyek. Jumlah tenaga kesehatan tidak sebanding dengan jumlah pekerja di proyek sehingga tenaga kesehatan tidak memiliki cukup waktu untuk memeriksa semua pekerja yang ada. 3 Kapasitas mess atau barak di lokasi proyek tidak sesuai dengan jumlah pekerja. Kapasitas mess atau barak didesain berdasarkan jumlah pekerja pada masa sebelum pandemi Covid-19, sehingga dengan adanya peraturan jaga jarak, mengakibatkan mess atau barak tidak dapat mengakomodir jumlah pekerja apabila ditetapkan peraturan 50% kapasitas. 4 Pelanggaran jaga jarak di ruang tunggu sopir dan ojek sesuai ketentuan pencegahan penyebaran virus Covid-19. Jumlah kapasitas ruang tunggu untuk sopir dan ojek online yang mengharuskan kapasitas maksimum hanya 50% dari kapasitas normal menyebabkan ruang tunggu menjadi overload dan tidak dapat menjalankan protokol pencegahan penularan virus Covid-19. 5 Pelanggaran jaga jarak di ruang tunggu tamu/ customer/ loby sesuai ketentuan pencegahan penyebaran virus Covid-19. Jumlah kapasitas ruang tunggu untuk tamu/customer/loby yang mengharuskan kapasitas maksimum hanya 50% dari kapasitas normal menyebabkan ruang tunggu menjadi overload dan tidak dapat menjalankan protokol pencegahan penularan virus Covid-19. 6 Pelanggaran jaga jarak saat naik lift sesuai ketentuan pencegahan penyebaran virus Covid-19. Pelanggaran kapasitas lift kebanyakan terjadi saat rushhour seperti saat jam masuk kerja, jam istirahat, dan jam pulang kerja karena penumpukan aktivitas di jam yang sama. 7 Tidak semua tamu memiliki surat keterangan bebas Covid-19 terutama tamu dari dalam kota. Peraturan dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah mengenai peraturan tentang bepergian hanya mengharuskan surat keterangan bebas Covid-19 untuk orang yang bepergian antar kota. Dari Tabel 4 diketahui rencana mitigasi apa yang dipilih dan berapa nilai risiko akhir yang didapatkan. Nilai akhir risiko yang diperoleh harus memiliki nilai risiko yang dapat diterima, yaitu nilai risiko dengan katagori medium. Setelah mengetahui langkah mitigasi apa yang harus diambil untuk menurunkan nilai risiko, maka tahap selanjutnya adalah implementasi dari rencana mitigasi yang telah ditentukan sebelumnya untuk memastikan proses bisnis perusahaan tetap dapat berjalan dengan baik di tengah pandemi Covid-19. Penelitian Verma dan Gustafsson 2020 mendeteksi pengaruh pandemi Covid-19 terhadap berbagai macam sector bisnis. Mekanisme pembatasan interaksi melalui protokol kesehatan yang diterapkan secara efektif oleh perusahaan dan mendapatkan respon baik dari stakeholder sangat menentukan penurunan nilai risiko. Kencenderungan ini telah dibuktikan juga oleh Zainudin dan Samopa 2017. 200 Penerapan business continuity management pada masa pandemi covid-19 Tabel 4. Rencana Mitigasi yang Dipilih untuk Masing-Masing Identifikasi Risiko No IDENTIFIKASI RISIKO RENCANA MITIGASI NILAI AKHIR RISIKO 1 Penerapan perilaku hidup bersih dan disiplin menjalankan protokol pencegahan penularan virus Covid-19 di lokasi proyek. Memberikan reward bagi yang melakukan penerapan protokol dan punishment bagi pelanggar protokol. 108 Medium 2 Pemeriksaan kesehatan secara berkala di lokasi proyek. Menambah jumlah tenaga medis. 30 Low 3 Kapasitas mess atau barak di lokasi proyek tidak sesuai dengan jumlah pekerja. Memberi sekat tiap ruangan untuk mencegah penularan virus Covid-19. 60 Low 4 Pelanggaran jaga jarak di ruang tunggu sopir dan ojek sesuai ketentuan pencegahan penyebaran virus Covid-19. Menerapkan antrian untuk sopir atau ojek online untuk berada di ruang tunggu. 96 Medium 5 Pelanggaran jaga jarak di ruang tunggu tamu/customer/ loby sesuai ketentuan pencegahan penyebaran virus Covid-19. Melakukan reservasi untuk menentukan jadwal kunjungan. 80 Low 6 Pelanggaran jaga jarak saat naik lift sesuai ketentuan pencegahan penyebaran virus Covid-19. Memasang sticker tentang peraturan saat naik lift. 60 Low 7 Tidak semua tamu memiliki surat keterangan bebas Covid-19 terutama tamu dari dalam kota. Melakukan self assessment khusus tamu pada aplikasi Ayo Sehat Brantas Abipraya. 90 Medium Implementasi Rencana Mitigasi Implementasi rencana mitigasi pada masing-masing identifikasi risiko diharapkan mampu menjaga proses bisnis perusahaan dari ancaman pandemi virus Covid-19. Dengan adanya rencana mitigasi diharapkan mampu membawa perubahan terhadap kondisi saat ini di lapangan sehingga nilai risiko terhadap keberlangsungan proses bisnis perusahaan pada saat terjadi pandemi virus Covid-19 ini memiliki nilai risiko yang dapat diterima. Implementasi yang dilakukan untuk masing-masing identifikasi sebagai berikut 1. Penerapan perilaku hidup bersih dan disiplin menjalankan protokol pencegahan penularan virus Covid-19 di lokasi proyek. Dari hasil observasi sebelumnya diketahui bahwa kebersihan tidak terjaga di lokasi proyek. Banyak sisa material atau sampah yang tergeletak di lingkungan proyek akibat tidak langsung dibersihkan setelah aktivitas selesai. Kondisi itu terjadi karena mayoritas kesadaran dan kepedulian pekerja proyek masih rendah khususnya pada masa pandemi virus Covid-19. Berdasarkan hasil analisis risiko dan perhitungan nilai risiko, diketahui bahwa langkah mitigasi yang sesuai untuk identifikasi risiko ini adalah memberikan reward bagi yang melakukan penerapan protokol dan punishment bagi pelanggar protokol kesehatan. Mitigasi ini dinilai paling sesuai dengan kondisi di lapangan dimana para pelanggar kebijakan yang mayoritas pekerja dengan tingkat kedisiplinan yang rendah akan lebih patuh bila penegakan aturan menggunakan sistem reward dan punishment. Penerapan sistem yang terukur dan berkeadilan lebih efektif dalam menurunkan risiko Penerapan business continuity management pada masa pandemi covid-19 201 dan meningkatkan kedisiplinan Kartikasari & Sukwika, 2021. Bahkan mendapatkan dukungan perbaikan dan peningkakan dari sistem tersebut Kartikasari & Sukwika, 2021; Prakasita & Ginardi, 2018; Zainudin & Samopa, 2017. Dari Gambar 1, diketahui bahwa langkah mitigasi yang diambil mampu secara efektif memberikan perubahan terhadap kondisi kebersihan lokasi proyek dan menurunkan nilai risiko terhadap proses bisnis Abipraya dimasa pandemi virus Covid-19. Gambar 1. Kondisi di lokasi proyek A sebelum implementasi mitiasi B setelah implementasi mitigasi 2. Pemeriksaan kesehatan secara berkala di lokasi proyek. Permasalahan yang dihadapi pada masa pandemi seperti yang terjadi di tahun 2020 ini adalah masalah kesehatan para pekerja di proyek. Selama ini tenaga medis diperuntukkan hanya menangani pekerja yang mengalami sakit dan kecelakaan kerja, sementara pada masa pandemi virus Covid-19 harus memeriksa kesehatan seluruh pekerja baik yang memiliki gejala penyakit yang terindikasi tertular virus Covid-19 maupun pekerja yang tanpa gejala. Untuk identifikasi risiko ini, dipilih alternaltif mitigasi berupa penambahan jumlah tenaga medis agar tenaga medis dapat memeriksa seluruh pekerja proyek sebelum mereka memasuki area proyek tanpa mengganggu jadwal kerja di lapangan. Proses pemeriksaan kesehatan secara rutin bagi pekerja di lokasi proyek dapat dilihat pada Gambar 2. 3. Kapasitas mess atau barak di lokasi proyek tidak sesuai dengan jumlah pekerja. Kapasitas mess atau barak bagi pekerja dibuat berdasarkan perhitungan berapa jumlah pekerja yang akan dipakai untuk menyelesaikan sebuah proyek. Proyek yang sedang dikerjakan oleh Abipraya merupakan proyek yang diperoleh dan diperhitungkan sebelum terjadinya pandemi virus Covid-19 sehingga tidak memperhitungkan kapasitas mess atau barak pekerja sesuai dengan peraturan mengenai penyebaran virus Covid-19. Untuk mencegah dan meningkatkan penyelamatan makan diperlukan system proteksi aktif Sari & Sukwika, 2020, khususnya bagi karyawan. Langkah mitigasi yang diambil berikutnya terkait kapasitas dari mess atau barak pekerja adalah dengan memasang sekat dan membatasi kapasitas tempat tidur. Untuk membatasi kapasitas mess atau barak dilakukan dengan pemberian sekat pada tempat tidur sehingga tempat tidur yang biasanya digunakan oleh dua orang menjadi hanya bisa digunakan oleh satu orang. Sebagai gantinya, dilakukan pengalihan pemanfaatan ruangan lain menjadi ruang untuk tempat 202 Penerapan business continuity management pada masa pandemi covid-19 tidur untuk tetap dapat menjalankan Prosedur Pelaksanaan New Normal. Upaya pengaplikasian langkah mitigasi dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Suasana pemeriksaan kesehatan rutin pekerja proyek dan kondisi mess pekerja proyek 4. Pelanggaran jaga jarak di ruang tunggu sopir dan ojek sesuai ketentuan pencegahan penyebaran virus Covid-19. Keterbatasan kapasitas ruang tunggu bagi sopir dan tukang ojek online berpotensi meningkatkan risiko penularan virus Covid-19 karena profesi tersebut mengharuskan mereka berada di ruang publik dan melakukan interaksi dengan banyak orang. Langkah mitigasi yang diambil adalah dengan menerapkan antrian sesuai dengan jumlah kapasitas ruang tunggu untuk sopir dan tukang ojek online yaitu apabila ruang tunggu sedang penuh maka dilakukan waiting list untuk dapat memasuki ruang tunggu. Pencegahan ojek online untuk memasuki ruang tunggu ketika kapasitas ruang tunggu sudah penuh juga diikuti oleh penerapan protokol prosedur pelaksanaan New Normal lainnya yaitu pengecekan suhu tubuh, memastikan penggunaan masker dan mencuci tangan dengan sabun. Prosedur penerapan langkah mitigasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Prosedur penerimaan tamu, ruang tunggu dan ojek online siap memasuki ruang tunggu Penerapan business continuity management pada masa pandemi covid-19 203 5. Pelanggaran jaga jarak di ruang tunggu tamu/customer/loby sesuai ketentuan pencegahan penyebaran virus Covid-19. Tamu yang datang ke kantor pusat Abipraya diantaranya pihak eksternal perusahaan yang tidak tahu prosedur pelaksanaan New Normal, misalnya adanya peraturan jaga jarak di ruang tunggu untuk tamu atau di lobby perusahaan. Langkah mitigasi yang dilakukan adalah penerapan nomor antrian atau reservasi untuk dapat melakukan kunjungan ke kantor pusat Abipraya. Reservasi dilakukan dengan membuat janji terlebih dahulu dengan siapa yang akan ditemui atau melakukan pemberitahuan kepada receptionist tentang jadwal kunjungan yang akan dilakukan. Contoh penerapan reservasi kunjungan dapat dilihat pada Gambar 3. Kebijakan harus melakukan reservasi terlebih dahulu bisa mengontrol jumlah kunjungan di Abipraya. Jumlah kunjungan dapat dibatasi sehingga protokol jaga jarak dapat dilakukan. Abripraya pun menerapakn kebijakan pengurangan kapasitas ruang tunggu atau lobby sebanyak 50% sehingga dapat menurunkan nilai risiko penularan virus Covid-19. 6. Pelanggaran jaga jarak saat naik lift sesuai ketentuan pencegahan penyebaran virus Covid-19. Kondisi ruangan di dalam lift yang sempit dan terbatas membuat aktivitas menaiki lantai di kantor pusat Abipraya menjadi suatu aktivitas yang memiliki nilai risiko tinggi dalam kasus potensi penyebaran virus Covid-19. Langkah mitigasi yang dipilih untuk menurunkan nilai risiko untuk risiko penularan virus Covid-19 saat melakukan aktivitas menaiki lift adalah memberikan sticker berupa instruksi saat antri menunggu lift dan posisi serta kapasitas saat berada di dalam lift. Implementasi dari langkah mitigasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 4. Dari Gambar telihat bagaimana implementasi langkah mitigasi yang diambil dan bagaimana penerapannya. Selain itu juga dilakukan sosialisasi tentang peraturan terkait agar para karyawan dapat menyesuaikan waktunya karena keterbatasan kapasitas penggunaan lift. Gambar 4. Implementasi pemasangan sticker penggunaan lift dan aplikasi mobile ayo sehat 204 Penerapan business continuity management pada masa pandemi covid-19 7. Tidak semua tamu memiliki surat keterangan bebas Covid-19 terutama tamu dari dalam kota. Di tingkat pemerintahan, salah satu bentuk pencegahan penyebaran virus Covid-19, keberadaan surat keterangan bebas Covid-19 melalui hasil tes dari rapid test atau swab test atau PCR digunakan sebagai syarat untuk kunjungan ke luar daerah. Di tingkat perusahaan, Abipraya memiliki sebuah aplikasi mobile bernama “Ayo Sehat” yang berisi self assessment tentang riwayat bepergian seseorang dan gejala-gejala awal indikasi penularan virus Covid-19. Untuk menurunkan risiko penyebaran virus Covid-19 di lingkungan Abipraya yang disebabkan oleh tamu, Abripraya menggunakan aplikasi tersebut sebagai salah satu persyaratan kunjungan sebagai pengganti surat keterangan bebas Covid-19. Selama ini, aplikasi hanya digunakan untuk kepentingan internal Abipraya apabila karyawan selesai melakukan perjalanan dinas. Contoh user interface aplikasi “Ayo Sehat” Abipraya dapat dilihat pada Gambar 4. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Manajemen perusahaan telah melaksanakan mekanisme Business Continuity Management BCM sesuai dokumen manual dan SOP perusahaan. Di lain sisi, terdapat pelanggaran dan ketidaksesuaian yang bernilai skor risiko tinggi dengan alasan tidak tahu yang dilakukan oleh pihak eksternal, baik oleh pekerja proyek dan tamu perusahaan. Nilai risiko ini berpotensi bisa mengancam jalannya operasional perusahaan. Mengacu pada ISO 22301 daril 8 identifikasi risiko yag dinilai terdapat 6 risiko yang mempunyai level risiko very high, 1 risiko dengan level high, dan 1 risiko dengan level medium. Implikasi manajerial yang perlu dilakukan meningkatkan komitmen manajemen terhadap penerapan BCM melalui sosialisasi dan pelaksanaan rencana mitigasi secara berkala untuk menurunkan 6 risiko yang mempunyai level very high. Dukungan disiplin menjalankan BCM dari pihak eksternal seperti para vendor dan sub kontraktor. Saran Penelitian ini menyarankan beberapa rekomendasi yang dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut, yaitu melakukan assessment berdasarkan ISO 22317 untuk mengetahui sejauh mana dampak identifikasi risiko yang ada dapat berdampak bagi proses bisnis perusahaan, melakukan perhitungan analisis biaya yang dikeluarkan untuk melakukan langkah mitigasi terhadap besarnya penurunan nilai risiko sehingga dapat memilih langkah mitigasi yang efektif dengan tetap memperhatikan besarnya biaya yang dikeluarkan, melakukan perhitungan tingkat keefektivan penerapan mitigasi dalam kurun waktu tertentu.  Penerapan business continuity management pada masa pandemi covid-19 205 REFERENSI Abipraya. 2020. Brantas abipraya siap laksanakan new normal. Retrieved from Amanda, A. A. 2014. Business continuity plan pada teknologi dan sistem informasi BPR bank surya yudha Banjarnegara. Skripsi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Baba, H. 2014. Area Business Continuity Management, a new opportunity for building economic resilience. Paper presented at the 4th International Conference on Building Resilience, Salford Quays. Burtles, J. 2016. Principles and practice of business continuity Tools and techniques. Brookfield Rothstein Publishing. de Castro Alves, D., & de Almeida, M. M. G. 2015. Business continuity management BCM applied to transpetro’s national operational control center. Procedia Computer Science, 55, 431-440. doi Harmoko, D. W. 2014. Perancangan bussines continuity plan BCP terhadap layanan teknologi informasi Studi kasus instansi ALT, fakultas teknologi informasi. Tesis, Universitas Indonesia, Depok. Hikmah, N., & Sukwika, T. 2021. Analisis hazard vulnerability terhadap mitigasi bencana di rumah sakit Jakarta medical center. Teknika Jurnal Sains dan Teknologi, 171, 1-17. doi Kartikasari, S. E., & Sukwika, T. 2021. Disiplin K3 melalui pemakaian alat pelindung diri APD di laboratorium kimia PT Sucofindo. VISIKES Jurnal Kesehatan Masyarakat, 201, 41-50. Prakasita, E. H., & Ginardi, R. H. 2018. Tinjauhan kesiapan terhadap implementasi business continuity management systems berbasis ISO 22301 dan ISO 27001 Studi Kasus PT. JPK. Jurnal Ilmiah Ilmu Komputer, 132, 76-83. doi Putri, S. L. 2016. perancangan business continuity plan untuk teknologi informasi pada studi kasus STIE perbanas, jurusan sistem informasi. Skripsi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Ramli, S. 2020. Manajemen bencana dan kelangsungan bisnis. Bekasi Prosafe. Sari, M. L., & Sukwika, T. 2020. Sistem proteksi aktif dan sarana penyelamatan jiwa dari kebakaran di RSUD kabupaten Bekasi. Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Health Science Journal, 112, 190-203. doi Setiawan, I., Waluyo, R., & Pambudi, W. A. 2019. Perancangan business continuity plan dan disaster recovery plan teknologi dan sistem informasi menggunakan ISO 22301. Jurnal Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi, 32, 148-155. doi Sugiyono. 2017. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung Alfabeta. 206 Penerapan business continuity management pada masa pandemi covid-19 Svata, V. 2013. System view of business continuity management. Journal of Systems Integration, 42, 19-35. doi Verma, S., & Gustafsson, A. 2020. Investigating the emerging COVID-19 research trends in the field of business and management A bibliometric analysis approach. Journal of Business Research, 118, 253-261. doi Waatters, J. 2010. The business continuity management desk reference Guide to business continuity planning, crisis management & IT disaster recovery Business Leverages Ltd. Yuliana. 2020. Corona virus diseases covid-19 Sebuah tinjauan literatur. Wellness And Healthy Magazine, 21, 187-192. doi Zainudin, & Samopa, F. 2017. Kajian kesiapan implementasi bisnis continuity management system BCMS berbasis ISO 22301 Studi kasus PT. XYZ. Jurnal Informatika Mulawarman, 122, 82-87. doi ResearchGate has not been able to resolve any citations for this a public health facility, the hospital serves as society's primary goal for health fulfillment. As a public facility, the hospital must be safe from unexpected events that can endanger life and health problems, as well as damage to buildings, loss of assets, and the surrounding environment. As a result, this situation must be anticipated so that it does not have disastrous consequences. The goal of this study was to identify potential hazards and risk-control efforts at the Jakarta Medical Center Hospital JMCH. This study is a descriptive analysis. The results of the study using a hazard identification risk assessment HIRA obtained two levels of risk, namely low and medium risk levels; fire safety risk assessment FSRA obtained three levels of risk, namely high priority 1, medium priority 2, and low priority 3; and hazard vulnerability assessment HVA it is known that natural disasters are the most dangerous potential hazards. To summarize, the JMCH building poses a risk of danger and the potential for fires in a variety of categories. Furthermore, potential disaster risks can be caused by natural disasters, technological hazards, human hazards, and hazardous materials. One way to reduce these risks is to strengthen the safety program with the help of building Endah Kartikasari Tatan SukwikaChemical laboratories are environments where a wide variety of analytical activities are associated with hazardous chemicals that can have negative implications for occupational safety and health OSH. The research objective is to analyze the level of discipline based on knowledge, attitudes and commitment to carry out OSH by PT Sucofindo employees in the chemical laboratory. The method used is crosstab analysis and multiple regression analysis. The results of the crosstab analysis showed that there was an influence between age and sex, but there was no effect of working time on the use of PPE. The multiple regression results show that there is a simultaneous influence on the four variables mentioned above with OSH behavior. As for partially, there is an influence between knowledge, PPE facilities and supervision on OSH behaviour there is no influence on supervision. It is recommended that a refresher and outreach should be done regarding the use of PPE, providing PPE equipment needed and supervising the use of PPE at least once time a month in a chemical YulianaCoronavirus Disease Covid-19. In 2020, a new type of coronavirus SARS-CoV-2 was spread, called a disease called Coronavirus disease 2019 COVID-19. This virus was discovered in Wuhan, China for the first time and has infected 90,308 people as of March 2, 2020. The number of deaths reached 3,087 people or 6%, the number of patients recovering 45,726 people. This type of single positive RNA strain infects the human respiratory tract and is sensitive to heat and can effectively be activated by chlorine-containing disinfectants. The source of the host is thought to come from animals, especially bats, and other vectors such as bamboo rats, camels and ferrets. Common symptoms include fever, cough and difficulty breathing. Clinical syndrome is divided into uncomplicated, mild pneumonia and severe pneumonia. Specimen examination is taken from the throat swab nasopharynx and oropharynx and lower airway sputum, bronchial rinse, endotracheal aspirate. Isolation was carried out on patients proven to be infected with Covid-19 to prevent wider spread. Abstrak Penyakit Virus Corona Covid-19 tahun 2020 merebak virus baru coronavirus jenis baru SARS-CoV-2 yang penyakitnya disebut Coronavirus disease 2019 COVID-19. Virus ini ditemukan di Wuhan, China pertama kali dan sudah menginfeksi orang per tanggal 2 Maret 2020. Jumlah kematian mencapai orang atau 6%, jumlah pasien yang sembuh orang. Virus jenis RNA strain tunggal positif ini menginfeksi saluran pernapasan manusia dan bersifat sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat diinaktifkan oleh desinfektan mengandung klorin. Sumber host diduga berasal dari hewan terutama kelelawar, dan vektor lain seperti tikus bambu, unta dan musang. Gejala umum berupa demam, batuk dan sulit bernapas. Sindrom klinik terbagi menjadi tanpa komplikasi, pneumonia ringan dan pneumonia berat. Pemeriksaan spesimen diambil dari swab tenggorok nasofaring dan orofaring dan saluran napas bawah sputum, bilasan bronkus, aspirat endotrakeal. Isolasi dilakukan pada pasien terbukti terinfeksi Covid-19 untuk mencegah penyebaran lebih Sebagai fasilitas umum, gedung RSUD harus dapat mengidentifikasi dari potensi bahaya kebakaran, oleh karena itu diperlukan sistem proteksi kebakaran. Upaya sebenarnya adalah penerapan sistem proteksi kebakaran dengan prosedur, termasuk sistem proteksi aktif dan fasilitas penyelamat jiwa. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi penerapan sistem proteksi aktif dan fasilitas penyelamatan jiwa serta keandalan keamanan bangunan terhadap kebakaran. Metode penelitian yang digunakan deskriptif kualitatif untuk mengungkap peristiwa atau fakta dan keadaan yang terjadi sesuai dengan kondisi di lapangan. Sehingga dibutuhkan observasi dan wawancara langsung dengan informan untuk mendapatkan data. Hasil menunjukkan bahwa nilai kondisi penerapan sistem proteksi aktif sebesar 17,04%, nilai komponen fasilitas penyelamatan jiwa sebesar 23,25%, dan nilai keandalan keamanan gedung sebesar 87,48%. Kesimpulan secara keseluruhan bahwa komponen proteksi aktif, kondisi fasilitas penyelamat jiwa dan keandalan keselamatan kebakaran gedung menunjukkan nilai reliabilitas dalam kategori "B" Baik. Pada sub komponen sistem proteksi aktif belum semua saran tersebut diatas dimiliki atau terpasang di setiap gedung di RSUD. Oleh karena itu, ke depan secara bertahap, untuk antisipasi terjadinya kebakaran perlu dilengkapi sarana pendukung sistem proteksi aktif dan dilakukan commissioning test terhadap lift kebakaran. Ito SetiawanRetno WaluyoWahyu Aji PambudiAnanda Purwokerto Hospital already has system such as hospital information system SIRUS, website and mobile application. but in the process of using information technology there are still many obstacles and prevention of problems that have not been well documented resulting in losses. This research is about design business continuity plan that functions to maintain the business continuity of the company so that it continues to run when information technology in the company is disrupted, where this study uses the 22301 international standard organization framework. This standard will greatly help the company in the process of develop business continuity plan with an identification methodology and analysis of the use information technology and the risks that will arise in the company. The evaluation results have not yet implemented the overall business continuity plan and many employees have not yet realized the importance of business continuity plan in the use of information technology. From the analysis, it turns out that there is no business continuity plan process implemented so that business continuity plan is designed that refers to international standard organization 22301, cluase 4 context of organization, cluase 5 leadership, cluase 6 planning, clause 7 Hardyanto Prakasita GinardiDengan berkembangnya teknologi dan matangnya setiap orang dalam menggunakan TIK, maka muncul sebuah tuntutan dari setiap orang yang menggunakan layanan perusahaan mengenai keharusan memiliki Business Continuity Management Systems BCMS dalam penyediaan layanan maupun ketersediaan produknya. Oleh sebab itu, diperlukan sebuah solusi agar para pengguna TIK pegawai dan pelanggan dapat terus menggunakan layanan yang diberikan oleh perusahaan. Hal ini melatar belakangi menejemen PT. JPK menerapkan BMCS. Dengan penerapan tersebut maka, tujuan dari penelitian ini yaitu guna mengukur kondisi dan kesiapan saat ini PT. JPK terhadap BCMS berbasis ISO 22301 dengan pendekatan control objective mengenai Information Security Aspects of Business Continuity Management dari ISO 27001, lalu melakukan strategi pememenuhan gap dan mempunyai Strandard Operating Procedure SOP hingga bisa digunakan perusahaan untuk sertifikasi ISO 22301. Langkah dimulai dari Studi literatur yang terkait dengan BCMS, sejarah maupun proses bisnis di PT. JPK. Selanjutnya melakukan review dokumen terkait proses bisnis di PT. JPK dan memetakan gap yang terjadi dengan assessment yang sudah dibuat. Pengumpulan data didapat melalui kuesioner dan wawancara kepada responden untuk mengetahui komitmen dari top management. Lalu melalukan gap analysis dan melakukan strategi pemenuhan gap. Hasil dari penelitian ini dari 83 pertanyaan kuesioner, hanya 51,81% yang comply dan sisanya 48,19% bisa comply dengan catatan. Mendapat dukungan dari top management untuk implementasi BCMS, PT. JPK siap melakukan perbaikan implementasi, dokumentasi maupun de Castro AlvesMarcio Manhães Gomes de AlmeidaTRANSPETRO Petrobras Transporte undertakes oil, products, ethanol, biofuels, and natural gas pipeline transportation and storage activities. It is in charge of more than 14,000 kilometers of pipelines - among oil and gas pipelines - which interconnect all Brazilian regions and supply the country's most remote Verma Anders GustafssonThe COVID-19 pandemic has been labeled as a black swan event that caused a ripple effect on every aspect of human life. Despite the short time span of the pandemic—only four and half months so far—a rather large volume of research pertaining to COVID-19 has been published 107 articles indexed in Scopus and the Web of Science. This article presents the findings of a bibliometric study of COVID-19 literature in the business and management domain to identify current areas of research and propose a way forward. The analysis of the published literature identified four main research themes and 18 sub-themes. The findings and propositions of this study suggest that COVID-19 will be the catalyst of several long- and short-term policy changes and requires the theoretical and empirical attention of researchers. The offered propositions will act as a roadmap to potential research Zainudin Febriliyan SamopaSeiring dengan makin berkembang dan semakin matang kondisi industri IT di tanah air maka saat ini mulai muncul tuntutan dari calon pengguna jasa atau pengguna eksisting kepada PT XYZ mengenai keharusan memiliki Bussniess Continuity Management System BCMS dalam penyediaan layanannya. Hal tersebut yang melatar belakangi management PT XYZ untuk melakukan implementasi BCMS. Adapun tujuan dari implementasi ini adalah menghasilkan pemetaan kondisi as-is terhadap ISO 22301, menentukan tingkat kesiapan PT XYZ dalam implementasi ISO 22301, mendapatkan strategi pemenuhan gap dan memiliki panduan atau prosedur operational baku POB mengenai BCMS. Penelitian ini diawali dengan studi literatur, kemudian pemetaan kondisi as-is dilakukan dengan melakukan review dokumen, wawancara dan observasi. Dalam penelitian ini keabsahan data dilakukan dengan teknik triangulasi untuk mendapatkan kesimpulan kesiapan. Kemudian dilakukan analisa gap dan ditentukan strategi pemenuhan gap. Hasil penelitian ini dari cheklist assessmen 106 kontrol 39,6% kontrol comply, comply dengan catatan dan belum dengan pernyataan top managemen. Bahwa PT XYZ siap implementasi ISO 22301 dengan catatan dapat melakukan perbaikan-perbaikan proses, implementasi dan abipraya siap laksanakan new normalAbiprayaAbipraya. 2020. Brantas abipraya siap laksanakan new normal. Retrieved from
meningkatkankeberlangsungan bisnis atau business continuity (BC). Elemen elemen ini melingkupi pekerja, kebijakan, perencanaan, prosedur, proses, struktur dan sumber daya. (International Organization for Standardization, 2012) Business continuity management (BCM) adalah alat yang dapat

Business Continuity Management BCM adalah manajemen menyeluruh, mulai dari menyediakan langkah – langkah kebijakan, identifikasi resiko, struktur organisasi dan tanggung jawab, mekanisme kerja serta prosedur operasional dalam upaya pemulihan organisasi dan aktifitasnya. Business Continuity Management menjadi suatu keharusan karena bertujuan untuk mempersiapkan dan melatih perusahaan agar mempunyai ketahanan dalam operasional bisnis kritikal, sehingga apabila terjadi bencana atau gangguan proses operasional bisnis tersebut akan tetap berjalan. Yang mana dalam Business Continuity Management ini organisasi atau perusahaan memiliki skema bagaimana perusahaan tetap berjalan disaat kondisi tidak memungkinkan sekalipun. Tanpa kita sadari hampir semua perusahaan yang sangat siap dalam menjalankan aktivitas seperti biasa disaat kondisi memang tidak terjadi apa – apa, tetapi bagaimana jika berada disaat terjadi sesuatu?, misalnya suplai bahan utama kurang atau terjadi gempa bumi hebat yang menghancurkan gedung perusahaan. Apakah kita hanya diam dan hanya pasrah bahwa perusahaan tidak berjalan dan tutup karena semua aset tidak dapat diselamatkan?. Tentu hal tersebut tidak ingin kita inginkan. Business Continuity Management dalam perusahaan bagaikan “Ban Serep” yang anda siapkan dikendaraan anda. Dikala anda berjalan, ban anda mengalami bocor, ban serep siap digunakan. Memang butuh waktu untuk memasang tetapi setelah ban itu dipasang anda bisa melanjutkan perjalanan kembali. Business Continuity Management organisasi atau perusahaan bisa bekerja dengan baik pada saat bencana apabila semua faktor penting dari pendukungnya siap pada tempatnya kapan saja. Untuk mencapai hal tersebut organisasi atau perusahaan harus terus menerus memperbaiki Business Continuity Management lewat proses testing, reviwing, maintaining dan auditing. Definisi dan pemahaman awal sangat penting untuk mengetahui secara lengkap lingkup Business Continuity Management dan kaitannya dengan aktifitas lain di organisasi atau perusahaan lain seperti Enterprise Risk Management ERM, atau aktifitas operasional. Hal tersebut juga diperlukan untuk mengatur organisasi pelaksana Business Continuity Management di perusahaan. Untuk mencapai ketahanan terhadap krisis atau bencana yang tak terduga, organisasi atau perusahaan harus menyiapkan BCM Strategy yang akan dituangkan dalam bentuk penetapan kebijakan, pengembangan dokumen Plan BCP, CMP dan implementasi sumber daya yang diperlukan dalam rangka continuity tersebut. Seiring pemerintah dan regulator mulai menyadari peran kontinuitas bisnis dalam mengurangi dampak insiden yang mengganggu pada masyarakat, mereka semakin berusaha mendapatkan kepastian bahwa pemain kunci memiliki pengaturan kesinambungan bisnis yang tepat. Demikian pula, bisnis mengenali ketergantungan mereka satu sama lain dan mencari kepastian bahwa pemasok utama dan mitra akan terus menyediakan produk dan layanan utama, bahkan ketika terjadi insiden. Namun, tolok ukur praktik Business Continuity Management yang diakui dengan baik diperlukan dan beberapa standar nasional berusaha untuk mengatasi masalah ini, termasuk di antaranya dari Australia, Singapura, Inggris dan Amerika Serikat. Di Inggris, BS 25999 diperkenalkan untuk menyediakan standar sistem manajemen dimana organisasi dapat memperoleh sertifikasi terakreditasi untuk pertama kalinya. Ketika organisasi yang beroperasi secara internasional mulai meminta satu Standar Internasional, ISO / TC 223, keamanan masyarakat, menanggapi dengan mengembangkan ISO 22301 2012, Societal Security – Business Continuity Management System – Requirements . Standar baru ini merupakan hasil dari kepentingan, kerjasama dan masukan global yang signifikan. Pada tanggal 25 Oktober 2012, di Genewa Switzerland, organisasi ISO International Organization for Standardization menerbitkan Standar baru ISO 22301 2012. Standar ini merupakan jawaban atas kebutuhan organisasi pada masa kini yang berada di lingkungan persaingan yang sangat ketat, memerlukan Sistem Manajemen yang mampu menjaga keberlangsungan kehidupan organisasi dalam jangka panjang. Standar ISO 22301 2012 yang mengatur pedoman Business Continuity Management System atau Sistem Tata Kelola Organisasi Bisnis secara berkelanjutan, akan memampukan organisasi untuk memiliki daya hidup survival, daya tumbuh growing dan daya kreasi creativity secara berkelanjutan dengan tetap memperhatikan faktor risiko dan lingkungan persaingan. ISO 22301 adalah standar sistem manajemen untuk Business Continuity Management yang dapat digunakan oleh organisasi dari semua ukuran dan jenis. Organisasi – organisasi ini akan mampu menunjukkan kepada legislator, regulator, konsumen, calon pelanggan dan pihak lain yang berkepentingan bahwa mereka mengikuti praktek yang baik dalam pengelolaan kelangsungan bisnis. Standar ISO 22301 mengidentifikasi dasar – dasar sistem manajemen kelangsungan bisnis, membangun proses, prinsip dan terminologi manajemen kontinuitas bisnis. Standar ini antara lain, bertujuan untuk dapat memberikan dasar acuan bagi suatu perusahaan atau organisasi, agar dapat memahami, mengembangkan dan menerapkan manajemen kelangsungan bisnis pada suatu organisasi, sehingga dapat memberikan keyakinan kepada seluruh pemangku kepentingan perusahaan atau organisasi bahwa perusahaan atau organisasi tersebut dapat terus beroperasi walaupun sedang mengalami keadaan bencana. Sementara ISO 22301 dapat digunakan untuk sertifikasi dan oleh karena itu mencakup persyaratan yang agak singkat dan singkat yang menjelaskan elemen pusat Business Continuity Management, standar panduan yang lebih luas ISO 22313 sedang dikembangkan untuk memberikan rincian yang lebih besar mengenai setiap persyaratan dalam ISO 22301. ISO 22301 juga dapat digunakan dalam sebuah organisasi atau perusahaan untuk mengukur dirinya terhadap praktik yang baik, dan oleh auditor yang ingin melapor kepada karena itu, pengaruh standar akan jauh lebih besar daripada mereka yang hanya memilih untuk mendapatkan sertifikasi terhadap standar tersebut. ISO 22301 menekankan perlunya struktur respon kejadian yang terdefinisi dengan baik. Hal ini memastikan bahwa ketika insiden terjadi, tanggapan meningkat pada waktu yang tepat dan orang diberi wewenang untuk mengambil tindakan yang diperlukan agar efektif. Keamanan hidup ditekankan dan poin tertentu dibuat agar organisasi atau perusahaan harus berkomunikasi dengan pihak eksternal yang mungkin terpengaruh, misalnya jika sebuah insiden menimbulkan risiko berbahaya atau eksplosif di sekitar area publik. Business Continuity Management System ini perlu dijalankan karena, kita tidak bisa menjamin kondisi selalu ideal untuk menjalankan kegiatan bisnis perusahaan, disamping itu kondisi diluar normal tidak dapat dikendalikan sehingga seringkali menyebabkan Sudden & Massive Lost, apalagi terdapat cukup banyak hal yang tidak dapat dicegah, namun yang bisa dilakukan adalah mengurangi dampaknya. Dan Business Continuity Management System ini dijalankan sebagai pemenuhan persyaratan dari stakeholder organisasi. Stakeholder disini bisa jadi pemerintah, principle, pelanggan dan sebagainya. Kodisi diluar normal yang dimaksudkan diatas adalah kondisi dimana organisasi atau perusahaan tidak dapat mengantisipasi kondisi tersebut. Sebagai contoh adalah natural disaster berupa banjir, gempa bumi, gunung meletus, man – made disaster sabotase, peperangan, serangan teroris, main facility failure kegagalan pasokan listrik, kegagalan sistem pendingin dan sebagainya, governmental issue pemogokan, embargo ekonomi dan sebagainya, penyebaran penyakit menular dan sebagainya. Agar bekerja dengan baik, ISO 22301 akan membutuhkan organisasi untuk benar – benar memahami persyaratannya. Setiap baris dan kata memiliki makna dan kepentingan relatif tidak harus tercermin dari jumlah kata yang dikhususkan untuk sebuah topik. Alih – alih hanya tentang sebuah proyek atau mengembangkan “rencana”, Business Continuity Management adalah proses manajemen yang sedang berlangsung yang membutuhkan orang – orang yang kompeten yang bekerja dengan dukungan dan struktur yang sesuai yang akan dilakukan bila diperlukan. Seharusnya Business Continuity Management System ditetapkan pada setiap lini perusahaan, namun kadang – kadang hal ini perlu dilakukan secara bertahap. Maka dari itu harus dimulai dari yang paling penting yaitu produk dan layanan yang dihasilkan oleh perusahaan untuk pelanggannya. Jika produk dan layanan ini cukup banyak, maka dimulai dari yang paling besar nilainya untuk perusahaan, jadi perusahaan dapat menentukan mana yang lebih penting. Selanjutnya dari produk dan layanan yang terpilih, tentukan divisi utama yang mengirim layanan tersebut. Dengan demikian, akan diperoleh divisi apa saja yang masuk dalam lingkup Business Continuity Management System ini. Dokumentasi Business Continuity Management System terdiri atas dua dokumentasi, antara lain BCM Strategy, yaitu suatu dokumen yang memuat segala asumsi dan analisa yang diperlukan, yang menjadi acuan bagi pembuatan dokumen BCP dan Business Continuity Plan BCP, yaitu suatu panduan operasional untuk kondisi sebelum atau saat atau sesudah kondisi di luar normal terjadi. Adapun langkah – langkah yang harus dilakukan dalam penyusunan Business Countinuity Management System BCMS Strategy adalah Kebijakan pembentukan dan penetapan ruang lingkup, dokumen kebijakan BCMS dibuat untuk menggambarkan komitmen dan prinsip – prinsip dasar dari BCMS. Selain membuat kebijakan BCMS maka dilakukan penetapan ruang lingkup, penetapan ruang lingkup ini dilakukan untuk membatasi effort dan Proof on Concept. Prinsip penentuan ruang lingkup disarankan adalah area yang paling kritikal namun paling mudah dilakukan. Hal – hal yang menjadi batasan dalam ruang lingkup adalah Physical Area, Proses Bisnis, Organisasi, Aset. Pendefinisian Kondisi Abnormal, Setelah menentukan ruang lingkup dari BCMS, lalu melakukan analisa untuk menentukan kondisi abnormal yang mungkin dari ruang lingkup BCM yang telah ditetapkan. Kondisi abnormal ini ditentukan untuk memudahkan dalam melakukan BIA Business Impact Analysis pada tahapan BCMS selanjutnya. Business Impact Analysis BIA atau analisa dampak bisnis merupakan salah satu bagian dari rencana kelanjutan bisnis atau business continuity plan BCP organisasi yang menggambarkan potensi risiko organisasi. Analisa dampak bisnis atau business impact analysis BIA adalah proses mengidentikasi, menganalisa, dan menentukan dampak yang terjadi pada kelangsungan bisnis proses di organisasi seandainya terjadi gangguan atau bencana yang menimbulkan terhentinya operasional dari bisnis proses tersebut. Risk Assessment, adalah metode yang sistematis untuk menentukan apakah suatu organisasi memiliki resiko yang dapat diterima atau tidak. Risk assessment merupakan kunci dalam perencanan pemulihan bencana. Risk assessment mencakup risk identification, risk analysis dan risk evaluation. Formula Strategi Keberlangsungan, penyusunan dilakukan dengan cara memetakan komponen – komponen pendukung suatu sumber daya yang akan dikelola keberlangsungannya dan menentukan Recovery Time objective RTO dan khusus untuk komponen yang berupa informasi, tentukan juga Recovery Point Objective RPO, sehingga MTDP dari sumber daya yang akan dikelola dapat tercapai. Yang terakhir, Business Continuity Plan BCP, adalah suatu kreasi dan validasi perencanaan logistik tentang bagaimana organisasi dapat mengembalikan atau memulihkan fungsi dari bagian organisasinya uang rusak setelah terjadinya bencana atau gangguan. Dalam bahasa lain, BCP adalah rencana bagaimana suatu organisasi bertahan dalam menghadapi bencana yang terjadi. Saat ini semakin banyak perusahan yang membutuhkkan layanan jaringan untuk menjalankan proses bisnisnya, oleh karena itu, keamanan informasi menjadi lebih penting dari sebelumnya, apalagi jika dihubungkan dengan bencana yang terjadi namun tidak terprediksikan sebelumnya. BCP menjadi salah satu perencanaan yang bertujuan meminimalkan dampak terjadinya bencana tersebut. Manfaat utama dari pendekatan Business Continuity Plan BCP adalah membantu mencapai keyakinan yang memadai ketersediaan proses bisnis dan fungsi end – to – end yang penting dengan biaya yang efektif dan efisien. Fokus utama adalah pada persyaratan pemulihan bisnis. Pemangku Kepentingan Bisnis bekerjasama untuk melaksanakan rencana darurat dan pengaturan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Sangat dipercaya bahwa relevansi dari program kontinuitas bisnis tergantung pada proses bisnis yang mendasarinya diambil dalam konteks dan tujuan strategi manajemen. Tujuan bisnis harus mendorong strategi pemulihan. Hal ini adalah kombinasi pengalaman kontinuitas keberlanjutan, teknologi know – how, dan pengetahuan industri untuk fokus secara efisien pada apa yang penting dan untuk membantu memfokuskan waktu dan sumber daya pada solusi kesinambungan yang tepat. SEMOGA BERMANFAAT

BusinessContinuity Management (BCM) merupakan suatu proses manajemen bisnis secara menyeluruh yang menyediakan kerangka kerja untuk memastikan kelangsungan bisnis dan ketahanan perusahaan terhadap bencana, yang dilakukan karena nilai tambah yang dihasilkan dan pertimbangan dari kepatuhan terhadap peraturan atau regulasi 13 GAMBARAN ERM

ISO22301 adalah standar untuk Business Continuity Management System (BCMS) dimana di dalamnya terdapat pendekatan Plan, Do, Check, Act (PDCA). Do dalam BCMS adalah melaksanakan Business Continuity Management (BCM) yang terdiri dari: Business Impact Analysis (BIA) Disruptive Risk Assesment (DRA)
FrameworkBusiness Continuity Management (Scope BCM) Topics : Business Continuity Management. Definisi dan pemahaman wal sangat penting untuk mengetahui secara lengkap Scope BCM dan kaitannya dengan aktivitas lain di perusahaan lain seperti Enterprise Risk Management (ERM), atau aktifitas operasional. Hal tersebut juga diperlukan untuk mengatur organisasi pelaksana BCM di perusahaan. Sedangkanmanajemen keberlangsungan bisnis (business continuity management -BCM) merupakan aktivitas untuk menjaga agar perusahaan dan sumber daya informasinya tetap berfungsi setelah adanya bencana. CIO adalah orang yang tepat untuk memikul tanggung jawab atas keamanan informasi. .
  • 1oumlui1xf.pages.dev/907
  • 1oumlui1xf.pages.dev/184
  • 1oumlui1xf.pages.dev/778
  • 1oumlui1xf.pages.dev/397
  • 1oumlui1xf.pages.dev/766
  • 1oumlui1xf.pages.dev/268
  • 1oumlui1xf.pages.dev/350
  • 1oumlui1xf.pages.dev/849
  • 1oumlui1xf.pages.dev/73
  • 1oumlui1xf.pages.dev/639
  • 1oumlui1xf.pages.dev/317
  • 1oumlui1xf.pages.dev/134
  • 1oumlui1xf.pages.dev/454
  • 1oumlui1xf.pages.dev/441
  • 1oumlui1xf.pages.dev/728
  • business continuity management bcm adalah